PADANGPANJANG-SUMATERA BARAT
Sekretariat: Jln. Bundo kanduang No.35 Padangpanjang HP.081393286671 Email:sjdoesy@gmail.com

Kamis, 22 Januari 2009

Puisi-Puisi Sulaiman Juned

Antologi Puisi
MENJILAT BULAN
Karya: Sulaiman Juned











@ Pengantar Penyair menjilat bulan---------------------------------------menjilat bulan, i


MENULIS PUISI;
Saya Berangkat dari Realitas Sosial Menjadi Realitas Sastra


Sastra dalam pehamaman saya adalah potret buram kehidupan masyarakat, baik sikap-moralitas-sosiologis-psikologis yang berkembang dan berjangkit di tengah lingkungan sosial. Jadi penyair menangkap potret tersebut, merekamnya lalu menciptakan dengan formulasi rasa, dari daya cipta menuju terciptanya karya yang monumental. Proses penciptaan karya sastra selalu berasal dari ide (akal pikiran, dilihat, dirasakan, dilakukan dalam kehidupan sosial tempat si penyair itu hidup)-lalu diproses dalam tatanan kreatifitas si penyair, sejauhmana penyair sebagai makhluk sosial mampu membaca realita sosial menjadi realitas sastra. Hal ini, jelas menambah aura, puitikal, dan bahasa puisi menjadi ternikmati. Atas dasar itu, penulis menuliskan realitas sosial yang penulis lihat- rekam-rasakan- nikmati lalu terendap menjadi judul antologi ini menjilat bulan.
Hampir seluruh puisi yang ada dalam antologi bersentuhan dengan kata, kalimat bulan . Kata ini memang menjadi medium penciptaan, mungkin bulan indah, jorok, senang, sakit, bahagia, luka. Siapapun kita di atas bumi ini sangat merindukan bulan, terlepas bulan ini-itu-kemarin-besok-lusa dapat menjadikan bulan-bulan yang ideal dalam hidup. Manusia dewasa ini sudah sangat sering mengotori bulan atau memanjakan bulan. Berangkat dari filosofi inilah penulis memilih judul antologi puisi ‘Menjilat Bulan’ terlebih atas kurang dan lebih.
Demikian, salam kreatif. Mudah-mudahan antologi ini jadi tempat kita berkaca diri, minimal bagi diri penulis. Salam.

Padangpanjang, 1 Januari 2008
Salam Kreatif,




Sulaiman Juned

@Pengantar Menjilat bulan----Prof.Dr. Mahdi Bahar-----------------menjilat bulan, ii

PENGANTAR MENJILAT BULAN


IQRA’;… bacalah,… bacalah;…demikian Sang Malaikat itu atas perintah Yang Maha Kuasa langit dan bumi beserta isinya sejak tahun 610 masehi menyuruh sosok manusia ‘al-Amin’ dan insan sesudahnya menggunakan pikir. Apakah kamu tidak memperhatikan, merenungkan, memikirkan, atau mengambil i’tibar atas ayat-Nya; tidak ada yang sia-sia Ku ciptakan. Demikian Sang Maha Kuasa berkata… .
Kejadian yang tidak mengenakkan di bumi nusantara pada akhir milenium dua dan awal milenium tiga melalui kedahsyatan muncratan perut bumi, gempa, tsunami, atau air bah yang meluluhlantakkan negeri Lampung, Flores, Aceh, Nias, Sumatera Barat, Sidoarjo, Jawa Tengah, Jakarta adalah ciptaan-Nya. Biarkan manusia yang tidak mengesakan-Nya mengatakan geliat itu adalah karena alam sudah tua atau memang begitulah maunya alam, tetapi dalam ‘Kita’, semua itu adalah sunatullah. Telah Ku tunjukkan kejadian serupa pada kaum sebelum kamu; lihat bangsa atau kaum Saba, Tsamud, ‘Aad, umat Nuh, atau Luth yang telah melampaui batas, … Ku … hancurkan. Sekali lagi potret itu adalah sunatullah, bukan fatamorgana b-e-l-a-k-a. Bacalah, … bacalah…… dan bacalah. Aduh …, termasuk tindakan manusia di belakang topeng-topeng mereka.
Kejadian yang merupakan sunatullah dan tidak mengenakkan itu, di samping berbagai ulah tangan manusia, telah jadi ayat bagi Sulaiman Juned. Tilikan sanubarinya atas ayat-ayat tersebut melampaui kejadian yang sesungguhnya. Semua diperuntukkan santapan rohani. Buah pemikiran, renungan, yang merupakan sari pati fenomena tragedi alam atau kemanusiaan yang teramat dahsyat demikian, dibungkusnya dalam sentuhan estetika ucap. Latar belakang pribadinya sebagai penulis dan seniman yang ditempa oleh budaya Aceh, ternyata memberinya peluang untuk lebih jauh merasakan betapa hebat tragedi alam dan kemanusiaan itu dirasakan oleh orang Aceh. Kekentalan makna yang dalam atas ayat-ayat tersebut dikemasnya dalam bingkai-bingkai ekspresif. Manifestasi kejadian itulah yang diekspresikannya dalam karya Antologi Puisi Menjilat Bulan, dengan kejiwaannya tersendiri.
Dalam situasi begini tepatlah agaknya penyair Amerika Robert Frost yang memenangkan Pulitzer Prize untuk karya puisi sebanyak empat kali pada tahun 1924, 1931, 1937, dan 1943 berkata di hadapan Presiden John F. Kennedy pada saat pelantikannya di bulan Januari tahun 1961. Frost berkata, bahwa puisi “makes you remember what you didn’t know you knew”. Ungkapan ini memuat kesadaran ada orang yang tidak tahu bahwasanya ia tahu. Puisi dapat mengingatkan kembali orang-orang yang tahu atau bahkan manusia yang pura-pura lupa terhadap apa yang diketahuinya. Apa yang diungkapkan Sulaiman Juned dalam kemasan puisinya, tentu dapat memainkan peran seperti yang dimaksud Frost, ialah memberi tahu bagi yang tidak tahu atau mengingatkan kembali insan yang pura-pura tidak tahu akan apa yang seharusnya ia perbuat.
Menjilat Bulan sebagai bingkai pemikiran yang bersumber dari realitas sosial dan tragedi alam yang menimpa segenap insan, patut dibaca sebagai sumber pelajaran dan pencerahan. Sejumlah pemikiran yang termuat dalam beberapa judul dan sarat dengan ekspresi kemanusiaan (humanisme) serta dikemas dalam kalimat puitis dalam antologi ini merupakan kekayaan. Ia adalah gambaran kekayaan perjalanan spritualitas yang tampaknya sebesar kuku, tetapi dikembang selebar alam.
Akhir kata patut disampaikan bahwa antologi puisi karya Sulaiman Juned ini dapat dijadikan bahan kajian untuk penyadaran atau pengayaan spritual, terutama bagi peminat karya seni sastra di samping sebagai bahan studi kemanusiaan dengan segala harapannya, “Menjilat Bulan”.

Terimakasih

Kampung Jambak, PdPj. 16 Maret 2008
Salam,

Prof. Dr. Mahdi Bahar
Guru Besar pada
Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Padangpanjang

Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 1



RINDU BULAN


tuhan
aku rindu ikan di kolam.
-Padangpanjang, 2007-



































Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 2



BERLABUH

setiap
teluk titip rindu. Anak
sampan telusuri laut
: kapan berlabuh
ah!

-Banda Aceh, 2007-

































Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 3



BULAN BENCANA

kampung-kampung
masih terkepung sepi. Gerimis
berkelahi di halaman. Kadang
meruncing menembus dada
menyaksikan bencana tak mau pergi.

kampung-kampung
masih terkepung luka. Gerimis
tempias ke wajah semesta. Tersekap
amnesia sejarah mengeram diingatan. Aku
hanya mampu mencatat keping duka-tercecer
senyap untuk di kenang
ah!

-Solo, 2007-

























Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 4




BULAN DUKA


samudera hindia mengirim
maut. Masih lekat di jiwa tentang Aceh
dilipat air raya-Yogya diluluhlantakkan
gempa-Sidoarjo berenang lumpur panas. Pesisir
selatan Jawa digulung tsunami. Aroma
kematian menyekap
pikiran.

samudera hindia mengirim
maut. Tuhan menegur
kita menunggu
giliran-siapkan
diri
ah!

-Solo, 2007-






















Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 5



NEGERI BULAN

seperti rentak tari di sunyi pagi
berkabut. Tanah Yogya bergetar
memendam pilu di dada pengembara. Aku
mencium mawar-durinya mengurung ruang
kepala. Menyaksikan Bantul-Sleman-Klaten tinggal
puing. Orang-orang berkelahi pikiran dikelap-kelip
waktu pada wajah penderitaan. Aku
hanya mampu melukis luka dilangit
ungu Yogyakarta bawa pulang ke kamar cinta
(biarkan sebentar semedi menyucikan kalbu).

-Yogyakarta, 2007-




























Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 6



NYERI BULAN

aku
gendong peradaban luka
dalam babakan sejarah merindui
peruntungan jiwa di sudut hening
: bergelut memungut wajah kita
terpasung ritus topeng.

aku
gendong peradaban duka
dalam sansai nyeri di sukma
: menghitung di timbun tanah
sementara kita saling memangsa
ah!

-Solo, 2007-

























Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 7



BULAN AIR MATA


aku
ziarahi negeri air mata. Terpenjara
keterasingan melawan kemerdekaan
jiwa. Ruang hening mengoyak derita
ribuan nyawa diceraiberaikan gempa. Aku
dirikan kemah pengungsi di hati.

aku
ziarahi negeri duka dengan cinta. Menikam
kecemasan-ketakutan. Sejarah ditangan raja
mengidungkan lagu puja-mengukir keabadian
mengobral gelisah; Aceh masih lekat dalam ingatan
Tuban seperti baru kemarin dilanda nestapa-kini
Yogya di beri peringatan dengan gempa. Ah!
apalagi yang tersisa-dirikan tugu di hati
agar tak menuhankan diri.

-Yogyakarta, 2007-





















Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 8


LUKA BULAN


entah
tangan siapa
menoreh luka menjilat bulan. Pucat
pasi di panah matahari terkulai jadi debu.

-Padangpanjang, 2008-


































Karya: Sulaiman Juned-------------------------------------------------------menjilat bulan, 9



KEMATIAN BULAN


mengintip
bulan sunyi dipikiran
nyanyian kematian mengurung
ruang kepala. Aku hanya debu
mampir di kening.

-Padangpanjang, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 10



ZIKIR BULAN


terlambat
menghitung tasbih pada bibir
angkuh. Menyekap jejak tubuh
di zikir-pikir meluruh
(api meluluhkan isi kepala).

-Padangpanjang, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 11


MERAKIT BULAN

merakit
hati di padang senja. Suit
angin. Meneguk lara-semiris
ini dalam diri mengais angan pada riak.

merakit
luka menderu. Bulan
di atas teluk berlayar. Angin
menampar-nampar pelepah kalbu
ah!

-Padangpanjang, 2008-





























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 12



JIWA BULAN: 181-4 LALU DEBU


181-4 lalu debu
mata nanar-rabun
hati sansai. Sembilu
aku baca tanda di pucuk daun
durinya tertancap di jiwa.

-Pincuran Tinggi, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 13



BULAN API

aku
mengenang catatan
luka dengan renyai mata. Di atas
tungku jiwa terjerang jadi arang
ah!

-Padangpanjang, 2008-

































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 14



PERADUAN BULAN


terkubur
ingatan jadi debu-arang
berguguran di perdu waktu
bersama debur ombak di dada
(aku bangun peraduan di hati)

-Padangpanjang, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 15



MAKAM BULAN

aku tanam bulan
di hati agar rindu terisi.

-Padangpanjang, 2008-




































Sulaiman Juned----------------------------------------------------------------menjilat bulan, 16



KERAJAAN BULAN


aku
berkaca pada air mata
rakyat melarat-sekarat.

-Banda Aceh, 2008-


































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 17


NYANYIAN BULAN


kabut
mengental. Bulan
diperkosa penyamun.

-Padangpanjang, 2008-



































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 18



KERAJAAN SUNYI


aku
berkaca pada gigil
pulang-pergi menjenguk negeri
bernama kematian
; penyamun memperkosa bulan.

aku
bercermin pada kabut
pergi-pulang ziarahi makam
seluas samudera menjenguk mukim
di gerus air raya
(aku tabur wangi mawar di hati)

-Banda Aceh, 2008-

























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 19






KERAJAAN MATA


di koyak
sepi. Menghitung ombak
dimata-Mu-rindu menyusup
membelai pucuk rambut
(aku sunyi dalam keramaian)

-Jakarta, 2008-





























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 20


KERAJAAN MAWAR


aku
ingin sebuah rumah berisi
mawar. Menyebar harum pada
setiap pendatang-bukan renyai
luka di senja hati
ah!

-Jakarta, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 21


KERAJAAN MALAM


siapa
luka. Memahat
rindu-dendam tersisa.

-Jakarta, 2008-



































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 22



KERAJAAN ANGIN


membaca
isyarat gerimis. Sepucuk
hati jatuh dalam kabut
terkubur di sunyi-senyap kegelapan.

membaca
isyarat angin. Polusi
berbaur kolusi menyebar sesak
ruang kepala hilang bentuk
(kita belum mampu memaknai petuah-Nya)

-Padangpanjang, 2008-



























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 23



KERAJAAN MIMPI


memapah
kegelapan mata
air. Ada luka terkubur
di liang angan-memeluk ujung
malam tanpa bulan
(angin menjilat pucuk rambut merakit harap)

-Padangpanjang, 2008-































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 24



AH


rindu
terjaring di kulit daun.

-Padangpanjang, 2008-



































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 25



SEPI


lebih
mengerikan dari maut.

-Padangpanjang, 2008-



































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 26



LIDAH BULAN


angin
melukiskan malam
di hati pengembara. Laut
menjilat bulan di meja pemujaan
ah!

-Padangpanjang, 2008-
































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 27



MUSEUM BULAN


selangit
derit bujuk rayu
menyaru peradaban sejarah
bulan. Ruang bencana terkurung
ritual batu
ah!

-Padangpanjang, 2008-































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 28





LAGU BULAN


senja hampir selesai
begini jauh perjalanan. Aku
berangkat melukiskan hujan di halaman
berbaur sekerat rindu sepanjang rambut
meski harumnya tak sempat kunikmati.

senja hampir selesai
begitu jauh perjalanan. Aku
berangkat memahat keraguan di gugur
daun. Angin mengisi keranda dengan manyat
tanpa kafan-mengeja luka dalam kamar cinta.

senja hampir selesai
alangkah jauh perjalanan. Aku
habiskan malam di senyum-beku
waktu. Sekalung tasbih-secangkir
kesedihan berganyut di langit jiwa
sembunyikan getir
(sepi lebih mengerikan dari maut)

-Padangpanjang, 2008-
















Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 29



JIWA BULAN


tak ada waktu menggantungkan hidup pada
impian. Aku lawan segala getir-keluar dari
kubangan
duka
lara.

tak ada waktu menggantungkan hidup pada
impian. Aku naiki kenderaan siang melalui
matahari-malam lewat bulan menuju kasih sayang
ukir masa depan di jejak masa silam
terbang menuju tuhan dengan sayap
kerinduan.

-Padangpanjang, 2008-

























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 30

BUNGA API


aku
mamah luka menyesak di jiwa
bunga api memercik kenikmatan jadi
debu. Tanggal kesedihan sambut senyum
airi kegelapan dalam penjara getir
(harum mawar semerbak jua di hati)

-Padangpanjang, 2008-

































Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 31



ALAMAT BULAN

aku
pahami mendung menggantung
atas kepala-rahasia jiwa. Sayatan
belati berhulu di dada-terima perihnya
alamat penentu arah-tuju.

aku
pahami gerimis tempias
wajah-penyejuk bukan getir
antar perjalanan ke batas tuju.

aku
pahami hujan membanjiri riol
di hati. Basuh debu melekat di pikiran
rubuh dalam asma-Mu
ah!

-Banda Aceh, 2008-






















Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 32



: 43 TAHUN DEBU BULAN AKU SAMBUT;
GETIR-PAHIT-SAKIT-SENANG-DERITA DENGAN
CINTA



ah!
ditepian
mana duduk menguliti hati.

-Padangpanjang, 2008-






























Karya: Sulaiman Juned------------------------------------------------------menjilat bulan, 33




MATA BULAN


menyaksikan
luka bersimaharaja di hati.

-Padangpanjang, 2008-


































Biodata Penyair…………………………………………………………..menjilat bulan


Sulaiman Juned, pernah memakai nama pena Soel’s J. Said Oesy
Lahir di Gampong (desa) kecil Usi Dayah Kecamatan Mutiara Kab
Pidie, Nangroe Aceh Darussalam, 12 Mei 1965. Kini memiliki istri
dan seorang putra laki-laki. Menetap di Padangpanjang, menekuni
pekerjaan sebagai Seniman, dosen tetap jurusan seni teater di STSI Padangpanjang Sumatera Barat, Dosen Ahli di FKIP/Bahasa dan
Sastra Indonesia Daerah di Univ. Muhammadiyah Sumatera Barat,
Guru teater di SMA Negeri 1 Sawahlunto Sumatera Barat, Guru
teater di SMA Negeri 1 Padangpanjang Sumatera Barat, Guru Kesenian serta Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Sore Padangpanjang. Mulai menulis sejak tahun 80-an, ketika masih belajar di SLTP. Karya puisi, cerpen, esai, drama, reportase budaya, artikel, kolom di muat di media seperti; Santunan, Serambi Indonesia, Kiprah, Aceh Post, Peristiwa, Kalam, Ceurana, Warta Unsyiah, Ar-Raniry Post, Aceh Ekspres, Aceh Kita, Rakyat Aceh (ACEH). Analisa, Dunia Wanita, Waspada (MEDAN). Singgalang, Haluan, Mimbar Minang, Padang Ekspres, Majalah Saga, Laga-laga, Jurnal Palanta, Jurnal Ekspresi Seni (SUMATERA BARAT). Riau Post (RIAU). Indefendent (JAMBI). Lampung Post (LAMPUNG). Kedaulatan Rakyat (YOGYAKARTA). Solo Pos dan Jawa Pos (JAWA TENGAH). Suara Karya Minggu, Republika, Media Indonesia, Kompas, Koran Tempo, Majalah Sastra Horison (JAKARTA). Majalah Bahasa dan Sastera (MALASYIA dan BRUNEI DARUSSALAM). Antologi puisi tunggal berjudul ‘Riwayat’ mendapat Juara III dalam Lomba Penulisan buku pengayaan sastra tingkat nasional oleh Pusat Perbukuan Dinas Pendidikan Nasional (2007). Lelaki berkumis ini menyelesaikan studi S-1 di jurusan seni teater STSI Padangpanjang dengan yudisium Cumlaude, juga menyelesai Program Pascasarjana di Institut Seni Indonesia Surakarta dengan yudisium Cumlaude.
Puisinya juga terkumpul dalam antologi bersama; Podium (Aceh, 1990), Bunga Rampai Pariwisata (Pustaka Komindo, Jakarta 1991), HU (Teater Kuala, Banda Aceh 1994), TTBBIJ (Medan, 1995), Ole-Ole (Cempala Karya Aceh, 1995), Teriak Merdeka (Fak. Hukum UNSYIAH, 1995), Surat (Kuflet Padangpanjang, 1998), Dalam Beku Waktu (NGO HAM-Aceh, 2002), Takdir-Takdir Fansuri (kumpulan esai, DKB Aceh 2002), Mahaduka Aceh (Pusat Dok. HB Jassin Jakarta, 2005), Syair Tsunami (Pustaka Jaya, Jakarta 2005), Ziarah Ombak (Lapena Aceh, 2005), Remuk (ASA-Japan, 2005), Riwayat (PUSBUK-DIKNAS, Jakarta 2007), 181-4 Lalu Debu (Kuflet Padangpanjang, 2007). Antologi Cerpen ‘Joglo’ (Solo, 2006), Tiga Drama Jambo (antologi naskah lakon, 2005). Sementara naskah lakon yang ditulisnya; Desah Nafas Mahasiswa (1989), Pulang (1990), Warisan (1991), Orang-orang Marjinal (1992), Ikrar Para Penganggur (1999), Jambo “Luka Tak Teraba” (1999), Jambo “Beranak Duri Dalam Daging’ (1999), Jambo “Bunga Api Bunga Hujan” (2000), Jambo “Ayam Jantan’ (2000), Hikayat Cantoi (2000), Orang-orang Rantai (2001), Polan (2002), Berkabung (2004), Asalku Benar dari Hulu (2004), Sebut Aku Polan (2005), Hikayat Pak Leman (2005). Sering mengikuti seminar sastra, teater dan jurnalistik; Pertemuan Sastrawan Kampus se- Indonesia di Universitas Diponegoro (1989), Temu Sastrawan Kampus se-Indonesia di Universitas Cendrawasih Irian Jaya (1991), Temu Sastrawan Kampus se-Indonesia di Universitas Indonesia Jakarta (1993), Temu Sastrawan Sumatera di Bengkulu (1992), Temu Sastrawan Sumatera di Nusantara di Langsa Aceh (1995), Pertemuan Sastrawan Nasional dan Nusantara IX di Kayutanam-Sumatera Barat (1997), Pertemuan Teater Indonesia di Pekan Baru (1997), Pertemuan dan latihan jurnalistik tingkat nasional di Jakarta (1990).
Ia juga sering terlibat dalam dunia musik, sebagai pemusik dan pembaca puisi dalam ‘Desain Struktur’ Komposer; Drs. Wisnu Mintargo, di Teater kecil STSI Surakarta (1998), ‘Signal Lima’ Komposer IDN. Supenida,S.Skar di Gedung Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang (2004), Skenografi dalam Orkestra ‘Simarantang Karya/Komposer Drs. Yoesbar jailani (Festival Kesenian Indonesia III, Surabaya 2004). Soel juga aktif dalam organisasi seni dan pers; sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Aceh (1998-2000), Ketua Bidang Humas Lembaga Penulis Aceh (1995-2000), Ketua Bidang Pengkaderan Federasi Teater Banda Aceh (1995-2000), Sekretaris Umum Lembaga Seni Aceh (1990-1997), Pendiri/pimpinan Sanggar Seni Cempala Karya Banda Aceh (1989), Ketua UKM. Kesenian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (1986-1988), Pendiri UKM-Teater Nol Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (1989), Pendiri Teater Kosong Banda Aceh (1993), Pendiri Teater Alam Banda Aceh (1995), Pendiri/Pimpinan Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang-Sumatera Barat (1997-Sekarang). Pemimpin Redaksi Bulettin Ceurana (1986-1989), Redaktur Budaya/Sekretaris Redaksi Warta Unsyiah (1987-1995), Redaktur Budaya SKM. Peristiwa (1989-1995), Redaktur Budaya Majalah Kiprah (1990-1997), Redaktur/editor jurnal Palanta STSI Padangpanjang (1999-2000), Redaktur/editor jurnal Ekspresi Seni STSI Padangpanjang (2000-2005), Ketua Ukm-Pers STSI Padangpanjang (1997-1999), Pemimpin Redaksi Majalah Laga-Laga STSI Padangpanjang (19977-1999).
Soel sangat aktif dalam dunia teater, baik ketika masih di Aceh maupun ketika bermukim di Padangpanjang, ia sudah memainkan 250 judul naskah lakon baik naskah luar negeri maupun dalam negeri, ia berperan jadi aktor menjadi tokoh yang tanpa dialog sampai menjadi tokoh utama. Sudah menyutradarai 152 judul naskah lakon baik dari karya penulis dunia-nasional-daerah. Dewasa ini Soel hanya mau menyutradarai naskah lakon yang ditulisnya atau naskah lakon yang diproduksi oleh rekan-rekannya di komunitas Kuflet. Teater-Sastra-Jurnalistik telah membawanya mengelilingi Indonesia; Aceh-Medan-Padang-Riau-Jambi-Palembang-Bengkulu-Lampung-Jakarta-Yogyakarta-Solo-Jawa Timur-Bali-Sulawesi-Kalimantan-Irian Jaya. Menjadi seniman memang sudah pilihan hidupnya, kalau mengenang Soel pasti menyebutnya si Penyair-Dramawan-Teaterawan dan Jurnalis. Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 18 Januari 2008 pukul 16.00 Wib rumah kontrakannya terbakar di Padangpanjang-Sumatera Barat. Seluruh dokumentasi pribadi; baik buku-kliping koran tentang proses kreatifnya menjadi seniman- CD pertunjukan teater beserta barang berharga lainnya ikut terbakar, tak ada yang selamat, namun Sulaiman Juned itu tetap kuat menjalaninya bersama istri dan anak serta seluruh keluarga besar Komunitas Seni Kuflet. ‘Semuanya yang saya miliki milik Allah, jadi kita harus siap dan redha kalau Allah mengambilnya kembali, diri kitapun sebenarnya kan milik-Nya jua’ tuturnya. (Wiko Antoni)

Tidak ada komentar: