MENULIS BERITA ITU GAMPANG: TENTU MEMANG TIDAK MUDAH, KUNCINYA KEMAUAN dan KEBIASAAN
Oleh: Sulaiman Juned *)
Pendahuluan.
Unesco pernah berpesan:
‘tugas wartawan itu mengisikan air ke sumur tanpa dasar dengan keranjang,
dua puluh empat jam sehari, tujuh hari dalam seminggu’
Begitulah tokoh pers dunia itu. Lalu bagaimana dengan anda(?) Apakah siap menjadi orang yang mengisikan air dengan memakai keranjang (?) Jika tidak siap, tak usah kita bicarakan tentang jurnalistik hari ini karena akan sia-sia. Jika siap mari kita mulai dengan niat suci ‘melalui pers kampus saya akan menyampaikan kebenaran walaupun pahit kenyataannya’ berani. Jika berani ayo kita mulai. Mengapa ini penting. Beberapa tahun yang lalu saya berhenti sebagai redaktur pelaksana di sebuah koran independen karena permasalahan ini. Pemimpin Redaksi (Pemred) meminta kepada saya agar berkenan memuat tulisan yang bertolak belakang dengan kebenaran. Menurut beliau; wartawan itu memang wajib menuliskan/mengabarkan kebenaran, tetapi tidak semua kebenaran itu wajib di tulis…. Begitu idealisme beliau.
Berangkat dari idealisme yang menyesatkan itu, saya mengundurkan diri dari wartawan karena idealisme pers kami sudah berseberangan. Sekali lagi apakah anda siap? Jumat siang, 20 Juni 2008 dua rekan anda mampir ke rumah, meminta saya jadi nara sumber pada hari ini. Saya terima dengan senang hati. Mereka minta saya memberikan materi Lay-Out, saya kira ini tidak penting. Bagi wartawan yang paling penting adalah bagaimana menulis dengan bahasa jurnalistik, ini yang lebih penting. Hal ini tentu membuat menulis itu sangat gampang, tentu memang tidak mudah. Jika ingin menulis itu menjadi gampang ini tifenya:
Menulis Berita: Berpikir dulu baru menulis atawa menulis dulu baru berpikir.
Berita merupakan sajian utama sebuah media masa. Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan serta redaksionalnya. Berita merupakan laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca. Jadi berita boleh juga terdapat unsur keanehan atau ketidaklaziman sehingga mampu menarik perhatian pembaca. Misalnya begini; jika ada berita seekor harimau mencakar manusia, itu biasa. Namun jika ada seorang manusia menampar harimau sampai rontok giginya, itu luar biasa.
Kharakteristik utama sebuah berita ketika dipublikasikan di sebuah media massa (layak muat) dengan adanya nilai berita (jurnalistik): (1) Cepat, yaitu aktual dan tepat waktu. Berita itu memunculkan sesuatu yang baru, atau tulisan yang memberi pemahaman atau informasi yang sebelumnya pembaca tidak tahu. (2) Nyata, informasi tentang sebuah fakta, bukan fiksi atau karangan dalam dunia jurnalistik fakta (faktual) terdiri kejadian nyata, pendapat, pernyataan sumber berita menjadi dapat di percaya. (3) penting, menyangkut kepentingan orang banyak. Peristiwa yang berpengaruh bagi kehidupan orang banyak. Misalnya; BBM naik, mahasiswa demontrasi, atau Uang SPP di Perguruan Tinggi melambung tinggi, banyak mahasiswa terpaksa berhenti. (4) Menarik, berusaha mengundang orang untuk membacanya. Berita yang menarik selain aktual dan faktual selalu saja menyangkut kepentingan orang banyak. Jika menghibur, berita tersebut lucu. Ada pula mengandung keganjilan atau keanehan atau berita human interest (menyentuh emosi dan menggugah perasaan). Jadi sebuah berita haruslah memiliki ke empat unsur tersebut. Mari kita berkaca pada diri, apakah kita sudah melakukan ini? Jika sudah, berita kita pasti dibaca orang. (tidak perlu lay-outnya menarik tapi isiannya memenuhi kreteria ini sudah pasti dibaca orang. Apalagi jika perwajahannya bagus dan menarik ).
A. Pedoman Dasar Menulis Berita
Apakah benar ada rumus untuk menulis efektif, secara teoritis memang ada teknis untuk menjadi penulis. Namun teknis ini tidak mampu menjadi panglima dalam diri penulis jika menulis tidak diasah, terus dan terus serta terus lalu terus menulis. Kebiasaan menulis harus terus dibiasakan walau hanya menulis berita. Menulis berita dewasa ini satu kalimat harus mampu mengakomodasi 17 kata, satu kalimat terdiri pula dari induk kalimat dan anak kalimat. Lantas dalam satu alenia terdapat satu topik utama dan minimal tiga kalimat penjelas. Selanjutnya saya ingin mengungkapkan 13 dasar dalam menulis berita.
- Menulis untuk mengungkapkan bukan untuk mempengaruhi, menulis berita karena memiliki fakta untuk disampaikan. Penulis hanya bertugas untuk menyatakan gagasan, pendapat dengan ringkas, dan objektif.
- Menulis itu tentu lewat proses berpikir, bukan juga suatu kebetulan tetapi proses berpikir menjadi sangat menonjol. Jika fakta tidak memadai sesuatu yang ingin disampaikan pasti kabur. Jadi untuk data jadi akurat, buatlah kerangka tulisan terlebih dahulu, catatlah semua fakta melalui urutan yang paling penting dan logis. Pilihlah ide yang menarik untuk dapat dijadikan paragraf pembuka.
- Kata-kata yang digunakan mudah diketahui, kata merupakan alat wartawan. Kosa kata yang dimiliki tergantung dari bacaannya. Penulis yang baik adalah juga pembaca yang sangat baik. Kebiasaan membaca menjadi modal utama dalam menulis tentunya ketika memilih diksi jurnalistik. Berkomunikasi secara tertulis perlu menggunakan kata-kata yang ada dalam pikiran pembaca. Jadi pakailah kata-kata yang mudah dan sudah dikenal oleh pembaca, akibatnya pembaca lebih mudah memahami tulisan sang wartawan.
- Hindari kata yang kurang berarti dalam kalimat, menulis secara efektif tentulah kemampuan menulis secara ringkas. Hilangkan kata-kata yang tidak perlu. Tiap kata harus memiliki arti. Kalimat yang tersusun menjadi ekonomis. Contoh (1) Sebuah alat yang bertangkai panjang dipakai untuk membalikkan tanah di kebun= Cangkul. (2) Mampu melarikan diri= lolos.
- Memakai kalimat singkat, Ilmu jurnalistik juga berkembang, buktinya; pada abad 17, satu kalimat terdiri atas 45 kata. Abad 19, menjadi 30 kata. Sekarang ini sebuah kalimat yang ekonomis terdiri hanya 17 kata. Alasan untuk mempersingkat kalimat agar ekonomis, dan tidak rumit, serta mudah dipahami. Satu kalimat harus mengandung satu gagasan lalu pakailah titik atau koma untuk memecah kalimat menjadi komponen ide.
- Paragraf juga hendaknya singkat, paragraf yang panjang terkesan menumpuk dan kurang menarik. Paragraf singkat enak dilihat, dan dibaca, serta memudahkan rujukan. Setiap paragraf memuat ide yang lengkap, mulailah menulis dengan kalimat peralihan atau memakai kata penghubung ‘selanjutnya’, ‘disamping itu’ dan lain-lain. Khusus pada paragraf terakhir, berpisah dengan pembaca menyajikan pokok pikiran berita.
- Hendaknya memakai bentuk aktif, Gunakan bentuk aktif, karena mampu memberikan sifat mengena, dan singkat pada tulisan. Hal ini menjadikan tulisan lebih efektif. Contoh: Abu melakukan sesuatu. Abu (subjek), Melakukan (prediket), sesuatu (objek).
- Pergunakanlah kata kerja, usahakan mempergunakan kata kerja dalam kalimat bukan kata benda. Kata benda cenderung bersifat statis, terutama yang abstrak sementara kata kerja membuat berita lebih hidup.
- Bahasa khusus dan kongkret, jauhkan diri dari kata yang abstrak membumbung tinggi. Pergunakanlah kata khusus dan kongkret yang dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium baik oleh penulis dan pembaca. Contoh: Pistol lebih jelas dari senjata genggam, palu lebih fokus dari benda tumpul. 250 karyawan lebih spesifik dari ‘banyak orang’.
- Kata sifat digunakan seperlunya saja, kata sifat apabila tepat penggunaannya dapat membantu menulis laporan yang baik. Namun jika terlalu banyak akan menghasilkan prosa yang sulit di cerna sebagai berita. Kata sifat menyebabkan penulis mengungkapkan perasaan secara berlebihan.
- Menulis seperti apa yang sedang diceritakan, wartawan sering menuliskan berita secara berlebihan. Pembaca sering kehilangan kepercayaan. Wartawan cenderung ketika diminta untuk menceritakan kejadian/peristiwa di lapangan akan lebih tepat, jelas dan logis ketimbang ia menulis berita. (Ini pengalaman ketika menjadi redaktur di sebuah media di Aceh) jadi untuk menulis berita yang baik, tulislah seperti apa yang sedang diceritakan.
- Merevisi tulisan, mengoreksi dan mengubah sesungguhnya bagian dari menulis. Setelah tulisan selesai, baca tulisan itu dengan suara yang keras untuk menemukan kalimat yang harus diubah dan dibuang. Perhatikan kata yang ‘hebat’ tapi tak ada arti, ungkapan yang sudah usang, kalimat yang tidak perlu, paragraf yang tidak ada pengaruhnya terhadap keutuhan tulisan. Buang seluruhnya, betapa segar bagian yang tersisa. Wartawan itu, harus menjadi editor bahkan sebagai pembaca terlebih dahulu sebelum tulisan dibaca orang lain.
- Penutup, kesalahan yang terbesar ketika tak mampu mengendalikan pemakaian kata. Atas dasar itu, buatlah kalimat singkat. Terpenting janganlah berkotbah dalam menuliskan berita. Pakailah kutipan, dan masukkan unsur manusiawi, serta yang paling penting adalah disiplin untuk usaha memberikan informasi sekaligus mempengaruhi pendapat.
B. Mencari Bahan Berita
Mencari bahan atau meliput berita, sekaligus proses perencanaan, penyusunan, penulisan dan penyuntingan naskah berita. Meliput berita setelah melewati proses perencanaan dalam rapat redaksi. (Rapat redaksi misalnya memutuskan untuk memuat berita tentang kenaikan BBM atau tentang kenaikan Uang SPP di sebuah Perguruan Tinggi) maka wartawan akan mengejar pihak-pihak yang berkompenten untuk wawancara menjadi sumber berita. Wawancara itu disebut news hunting (mencari/meliput berita). Ada tiga tekhnik untuk meliput berita:
1. Reportase
Kegiatan jurnalistik meliput langsung ke lapangan. Wartawan datang langsung ke tempat kejadian, mengumpulkan data/fakta tentang peristiwa tersebut. Fakta yang dikumpul harus memenuhi minimal formula 5 w + 1 H:
What = Apa peristiwanya.
Who = Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu.
Where = Dimana kejadian tersebut.
When = Kapan kejadian peristiwa itu.
Why = Mengapa peristiwa bisa terjadi.
How = Bagaimana proses kejadian peristiwa tersebut.
Pencarian atau peliputan berita dengan mendatangi secara teratur pihak-pihak yang berkompeten menjadi sumber berita seperti, pihak pemerintah, swasta atau tempat yang memungkinkan munculnya peristiwa, informasi dan lain-lain. Selanjutnya sangat perlu dipahami dalam peliputan berita, yaitu Kode Etik Jurnalistik, Kejujuran dalam mendapatkan berita yang bahwasannya kebenaran sesungguhnya lebih penting daripada menjadi wartawan itu sendiri. Perlakuan adil bagi semua pihak yang menjadi objek berita. Sebelum menuliskan menjadi berita terlebih dahulu meneliti kebenaran sebuah fakta/data.
2. Wawancara
Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, fakta, opini atau data tentang suatu masalah. Teknisnya dengan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber.
Hakekat dari wawancara adalah obrolan dengan topik pembicaraan tertentu dan terarah. Lakukan wawancara secara alamiah, jangan kaku. Pewawancara selayaknya mendengar, merekam, menuliskan ucapan nara sumber. Jangan lakukan wawancara dengan kepala kosong (Harus ada persiapan) cari referensi terhadap topik wawancara dan siapkan pertanyaan. Buat janji dengan nara sumber terlebih dahulu dan pastikan anda datang lebih awal dari waktu yang telah disepakati bersama. Jangan buru-buru mengambil buku catatan, hal ini membuat nara sumber gugup, perkenalkan diri terlebeih dahulu. Mulai dengan pertanyaan mudah yang membuat nara sumber rileks serta ajukan terlebih dahulu pertanyaan tentang ejaan nama dan tanggal lahir nara sumber. Lanjutkan dengan pertanyaan panjang yang membuat nara sumber memberikan jawaban panjang. Jangan biarkan nara sumber membaca hasil wawancara sebelum diterbitkan. Buatlah catatan singkat agar mudah dan cepat dalam menulis.
Kiat dalam wawancara sebagai praktisi jurnalisme setiap wartawan pada dasarnya memiliki kiat tersendiri dalam menemui, memancing seseorang untuk berkomentar tentang sesuatu hal. Wawancara akan berjalan baik melalui kecerdikan mengajukan pertanyaan dan kepekaan mendengarkan atau mencerna jawaban. Bobot wawancara tergantung kecerdikan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan, jika bobot wawancaranya baik barulah tulisannya sangat baik. Kecerdikan wartawan melakukan pertanyaan ditempuh lewat tahap persiapan dan pelaksanaan wawancara.
Beberapa macam wawancara dalam dunia jurnalistik; pertama, Wawancara berita, wawancara untuk memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan terhadap suatu peristiwa. Kedua, Wawancara pribadi, untuk mendapatkan berita tentang pribadi atau pemikiran terhadap suatu profesi. Wawancara ini untuk menghasilkan tulisan Profil. Ketiga, Wawancara Ekslusif, wawancara yang dilakukan seorang wartawan atau lebih secara khusus dengan interview. Keempat, wawancara sambil lalu, berlangsung secara kebetulan, dan tidak ada perjanjian terlebih dahulu. Kelima, wawancara keliling, wawancara yang dilakukan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah. Satu sama lainnya mempunyai kaitan dengan yang ditulis. Misalnya peristiwa kebakaran.
3. Riset Kepustakaan
Studi literatur merupakan teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari kliping koran, makalah atau artikel koran, membaca buku atau mempergunakan fasilitas internet. Seorang wartawan bukan bekerja sebagai penulis saja, wartawan harus rajin juga membaca. Menjadi penulis yang baik, terlebih dahulu harus mampu menjadi pembaca yang sangat baik. Begitu.
4. Jenis dan Struktur Berita
Menulis berita, sebagai wartawan haruslah mengetahui jenis berita, di kancah jurnalistik ada beberapa jenis berita; pertama, Straight News yaitu berita langsung, ditulis secara singkat dan lugas. Halaman depan surat kabar (headline) sering menjadi berita jenis ini. Kedua, Depth News adalah berita mendalam dikembangkan dengan pendalaman dibawah suatu permukaan lewat riset kepustakaan. Ketiga, Investigation News pengembangan berita lewat penelitian atau penyeledikan dari berbagai sumber. Wartawan dalam mencari berita sering menyamarkan identitasnya agar dapat menemui sumber yang diu cari. Keempat, Interpretative News melakukan pengembangan berita melalui pendapat atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan. Kelima, Opinion News, berita mengenai pendapat seseorang.
Sedangkan struktur berita, khususnya berita langsung selalu mengacu pada struktur piramida terbalik. Memulai tulisan berita dengan mengemukakan fakta/data yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagian-bagian yang dianggap agak penting, kurang penting. Bagian paling penting di dalam bagian kepala atau alinea pertama berita.
Bentuk paramida terbalik sangat menguntungkan pembaca dalam hal efesiensi waktu, karena langsung mengetahui berita paling penting. Disamping itu memudahkan kerja redaktur/penyunting/pakar bahasa untuk melakukan pemotongan naskah. Struktur berita selengkapnya terdiri dari;
- Judul (head)
- Dateline (tempat atau waktu berita itu diperoleh dan disusun. Contoh: Bukittinggi, PadangEkspres; Jakarta: Republika, dan lain-lain.
- Teras berita (lead)
- Isi berita (body)
5. Teras Berita
Bagian berita yang terletak dibagian pertama alenia pertama, bagian dari komposisi atau susunan berita setelah judul berita dan sebelum badan berita. Teras berita biasanya tersusun; pertama, Sumarry Lead/Conclusion Lead yaitu teras berita menyimpulkan atau dipadatkan. Kedua, Statemen Lead yakni teras berita yang berupa pernyataan. Ketiga, Quantation Lead, teras berita berupa kutipan. Keempat, Contrast Lead, teras berita yang kontras. Kelima, Exclamation Lead teras berita yang menjerit.
C. Bahasa Jurnalistik
Bahasa berita atau laporan surat kabar, tabloid, majalah, radio, televisi dan media on line internet yang tidak akrab dimata, telinga tidak layak disebut bahasa jurnalistik. Sudah saatnya lembaga pemantau media massa mau menyuarakan hak dasar masyarakat dalam menerima informasi yang aktual, lengkap, akurat, jernih dan terpecaya. Bahasa jurnalistik ragam bahasa yang digunakan oleh wartawan memiliki sifat khas; singkat, padat, sederhana, lancar, jelas dan menarik. Bahasa jurnalistik walaupun memiliki kekhasan tetap saja harus berpedoman pada Ejaan Yang Disempurnakan, dan tetap tidak boleh melanggar Tata Bahasa Baku Indonesia. Rincian yang membuat kekhasan dalam bahasa jurnalistik adalah:
- Singkat: pendek dan ringkas beritanya tidak bertele-tele. Langsung kepada pokok masalah, tidak memboroskan waktu pembaca. Pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan kharakteristik pers.
- Padat: penuh, padu, berita langsung menuju ke sasaran. Padat yang dimaksud adalah sarat informasi, setiap kalimat dan paragraf memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.
- Sederhana: Tidak tinggi juga tidak rendah. Tidak berlebih-lebihan, lugas. Memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh masyarakat pembaca yang heterogen, baik dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata yang rumit sangat tabu digunakan dalam jurnalistik.
- Lancar: tidak tersangkut-sangkut, berlangsung dengan baik.
- Jelas: nyata, terang, dan tegas, serta tidak ragu-ragu. Mudah ditangkap maksudnya dan tidak kabur.
- Menarik: mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk memperhatikan. Menyenangkan hati. Membangkitkan minat pembaca, memicu selera baca, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar dan baku. Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau cubitan sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan dengan pedang. Secara ideologis bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama sehingga orang tidak boleh diberi perlakuan yang berbeda.
- Akurat: teliti, cermat, dan tepat benar.
- Jujur: tidak berbohong, tidak curang, mengikuti aturan yang berlaku.
- Aman: tidak merasa takut atau kawatir, dan tidak mengandung resiko.
- Menghindari kata tutur, kata tutur adalah kata yang dipergunakan dalam percakapan sehari-hari secara formal. Kata yang dipergunakan dalam percakapan di warung kopi. Tidak memperhatikan struktur kata. Contoh: bilang, dibilangin, bikin, dikasih tahu, kayaknya, mangkanya, semangkin, kelar dan lain-lain.
- Menghindari kata istilah Asing, berita ditulis untuk dibaca dan didengar. Pembaca harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing selain tidak informatif, dan komunikatif, juga sangat membingungkan.
- Pilihan kata atau diksi yang tepat, bahasa jurnalistik ditentukan juga oleh efektifitas. Setiap kata yang dipilih tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak. Pilihan kata tidak hanya sebagai varian dalam gaya, tetapi sebagai keputusan untuk mencapai optimalisasi terhadap khalayak. Pilihan kata juga menyangkut fraseologi yang mencakup persoalan kata dalam pengelompokan atau susunannya. Sekaligus menyangkut cara khusus membentuk ungkapan. Sedangkan gaya bahasa merupakan bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan yang individual atau karakteristik yang memiliki nilai artistik tinggi.
Penutup
Demikian. Tak ada yang tak dapat dilakukan di dunia ini oleh makhluk yang bernama manusia. Segalanya tergantung sebatas mana keinginan untuk menjadi diri lebih baik. Bukankah sebagai manusia dilahirkan ke muka bumi ini menjadi khalifah agar mampu memimpin, memenej diri dengan sempurna. Tife ini berkemungkinan dapat menjadi anda penulis, tetapi harus di tunjang oleh Kemauan-Kerja keras-Disiplin menciptakan manusia yang memiliki kemampuan. Begitu juga halnya dengan dunia jurnalistik; menulis itu gampang, tentu memang tidak mudah. Tetapi andai di tuntut oleh kemauan yang tinggi, tentu mampu mengalahkan orang yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi namun tidak mempunyai kemauan untuk menulis. Semoga kita menjadi orang yang memiliki kemauan untuk menulis, siapapun pasti dapat menjadi penulis yang hebat.
Selamat. Semoga disini akan lahir pengganti Diponegoro, Adam Malik, Rosihan Anwar, Surya Paloh, Yacob Oetama, Syamsul Kahar dan sejuta si kuli tinta lainnya. Terakhir; jika yang saya katakan ini benar/semata-mata datangnya dari Allah/ penguasa alam jangat ini// dan jika yang saya katakan ini salah/maka itu datangnya dari diri saya yang hina dina ini/tak lepas dari khilaf dan salah sebagai makhluk bernama manusia. Amin.
Rumah Kontrakan, Padangpanjang, 21 Juni 2008
*) Penulis adalah dosen jurusan teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padangpanjang, dan dosen luar biasa FKIP/bahasa dan sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Penyair-Dramawan-teaterawan yang mantan Wartawan.
**) Makalah ini dibacakan dalam Latihan Jurnalistik pada tanggal, 22 Juni 2008 di UKM.Pers STAIN Bukit Tinggi-Sumatera Barat.
KEPUSTAKAAN
Asep Syamsul M.Romli, 2005. Jurnalistik Praktis untuk Pemula, Bandung: Rosdakarya
AS Haris Sumadiria, 2006. Bahasa Jurnalisti, Bandung: Rosdakarya
Onong Uchjana Effendy, 1990. Ilmu Komunikasi, Bandung: Rosdakarya
Marthin Moentadhim S.M, 2006. Jurnalistik Tujuh Menit, Yogyakarta: Penerbit Andi
Sulaiman Juned, 1990. Menulis itu mengasyikkan dan mudah, Banda Aceh: Peristiwa