LAUTAN SAJADAH DILUNCURKAN
Padangpanjang, Singgalang
Antologi Puisi bertajuk Lautan Sajadah diluncurkan Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA-BASINDO), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat (UMSB). Selain Lounching (peluncuran) ‘Lautan Sajadah’ itu, penyelenggara juga akan menggelar seminar sastra dengan nara sumber terdiri dari budayawan, sastrawan dan penyair nasional.
“Kegiatan ini dilaksanakan Sabtu, 25 April 2009. Insyaallah akan dimulai pukul 09.00 WIB di kampus FKIP UMSB, komplek Kauman Padangpanjang” terang Ketua Panitia Pelaksana Sandy Octaria, kepada Singgalang, Selasa (14/4) di Padangpanjang.
Dikatakan, kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyambut Bulan Sastra itu, diagendakan bakal dihadiri Budayawan Nasional DR. Taufik Ismail dengan pembahasan seputar ”Paradigma baru Kesusasteraan Indonesia”. Sastrawan Nasional Gus tf Sakai dengan bahasan ”Proses Kreatif dalam Menulis Prosa”. Sementara Penyair Indonesia/ Sutradara/ Pimpinan Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn membahas ”Proses Kreatif Penulisan Puisi”.
Ketua HIMA-BASINDO FKIP-UMSB, Immatul Jannah menjelaskan, Seminar nasional tentang sastra ini dihadiri oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia, se-Sumatera umum. (006/ Sumber: Harian Singgalang, 15 April 2009).
HIMA BASINDO ADAKAN SEMINAR SASTRA dan LOUNCHING ANTOLOGI PUISI ’LAUTAN SAJADAH’
Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA BASINDO) FKIP/Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kauman Padangpanjang, Sumatera Barat, akan melaksanakan acara Seminar Sastra Nasional dan Launching Antologi Puisi Lautan Sajadah, pada hari Sabtu, 25 April 2009. Ketua Panitia Sandy Octaria menyebutkan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyambut bulan sastra. Acara Seminar Nasional berencana menghadirkan pembicara para sastrawan nasional, seperti; DR. (HC) Taufik Ismail dengan judul makalahnya Paradigma Baru Kesusasteraan Indonesia, Gus Tf Sakai (sastrawan nasional) dengan materi, Proses Kreatif dalam menulis Prosa, dan Sulaiman Juned (Penyair, Sutradara dan Pimpinan Komunitas Seni Kuflet) dengan makalah bertajuk, Proses Kreatif Penulisan Puisi. ”Kegiatan ini memacu dan meningkatkan kreativitas guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam proses belajar mengajar di sekolah, serta memacu semangat rekan-rekan mahasiswa unutuk berproses kreatif, “ tambahnya.
Ketua HIMA BASINDO Immatul Jannah menuturkan, acara seminar sastra nasional ini peserta diharapkan dari kalangan guru, mahasiswa, siswa dan masyarakat umum. (Sandy Octaria/Sumber: Padang Ekpres, 19 April 2009).
HIMA BASINDO FKIP UMSB GELAR SEMINAR SASTRA
PADANG, Haluan
Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA BASINDO) FKIP/Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kauman Padangpanjang, akan melaksanakan Seminar Sastra Nasional dan Launching Antologi Puisi “Lautan Sajadah”, pada Sabtu, 25 April 2009 di Gedung FKIP Kauman Padangpanjang.
Ketua Panitia Sandy Octaria kepada Haluan kemarin mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyambut bulan sastra. Acara seminar nasional berencana menghadirkan pembicara para sastrawan nasional, seperti; DR. (HC) Taufik Ismail dengan judul makalahnya” Paradigma Baru Kesusasteraan “, Gus Tf Sakai (sastrawan nasional) dengan materi “ Proses Kreatif dalam menulis Prosa “, Sulaiman Juned (Penyair, Sutradara dan Pimpinan Komunitas Seni Kuflet) dengan makalah bertajuk “Proses Kreatif penulisan Puisi”.
Disebutkan, kegiatan ini untuk memacu dan meningkatkan kreativitas guru Nahasa dan Sastra Indonesia dalam proses belajar mengajar di sekolah, serya memacu semangat rekan-rekan mahasiswa untuk berproses kreatif.
Ketua HIMA BASINDO Immatul Jannah menambahkan, seminar sastra nasiona ini, peserta diharapkan dari kalangan guru, mahasiswa, siswa dan masyarakat umum. Selain seminar sastra, juga dilaksanakan Launching perdana antologi puisi berjudul “Lautan Sajadah”. Antologi ini berisikan 104 puisi religius penyair asal mahasiswa FKIP/Bahasa dan Sastra Indonesia UMSB.
”Antologi puisi ini dieditori oleh Penyair Sulaiman Juned dan Muhammad Subhan, “ tuturnya. (aan/Sumber: Haluan, 15 April 2009)
TAUFIK ISMAIL DI KAMPUS FKIP UMSB
GENERASI MUDA BANYAK RABUN
Padangpanjang, Singgalang
Indonesia memiliki generasi muda yang rabun membaca dan pincang menulis dalam jumlah yang memprihatinkan. Bangsa ini memiliki penerus estafet yang berstatus nol buku. Tragedi demikian telah berlangsung lebih dari 56 tahun.
Demikian pokok-pokok pikian budayawan dan sastrawan nasional, Dr. Taufik Ismail, saat menjadi pemakalah pada seminar sastra nasional, Sabtu (25/4), yang dilaksanakan Himpunan Mahasaiswa Bahasa Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (FKIP UMSB), di Komplek Muhammadiyah Kauman, Padangpanjang.
”Tragedi nol buku, rabun membaca dan pincang menulis bermula pada awal 1950. ketika seluruh aparat pemerintahan sudah sepenuhnya ditangan sendiri, demi mengejar ketertinggalan sebagai bekas negara jajahan yang mesti membangun jalan raya, gedung-gedung, rumah sakit, jembatan, pertanian, perkebunan, kesehatan, perekonomian dan sejenisnya.
Yang diunggulkan dan disanjung-sanjung adalah teknik, kedokteran, pertanian, farmasi, ekonomi dan hukum”, tegasnya.
Pendiri Rumah Puisi di Aia Angek Tanah Datar itu menegaskan, kebijakan wajib baca 25 buku sastra dan bimbingan menulis yang pernah diterapkan penjajah belanda digunting habis, karena dipandang tidak perlu. Ini, tandas Taufik, menjadi kesalahan peradaban luar biasa besar.
Dikatakan, lantaran menelusuri lorong waktu selama 56 tahun, maka generasi nol buku di Indonesia kini berada pada kisaran usia 35 hingga 70 tahun.
Mereka inilah yan g kini menjadi warga Indonesia terpelajar serta memegang posisi menentukan arah negara hari ini diseluruh strata, baik pemerintahan maupun swasta. Beberapa sebab amburadul Indonesia, bagi Taufik, mungkin sekali karena dalam fase pertumbuhan intelektual mereka, orang-orang buku membaca nol buku disekolah.
Dengan sangat sedikit kecualian sebut Taufik yang baru saja dilewakan gelar Datuak Panji Alam Khalifatullah dari Panghulu Nan Sapuluah Suku Koto Sungai Gurah Pandai Sikek, kita semua berbekal nol buku ketika bersekolah, tidak mendapat kesempatan untuk ditanamkan rasa ketagihan membaca buku, kecintaan pada buku, keinginan bertanya pada buku dalam semua aspek kehidupan dan kebiasaan mengunjungi perpustakaan sebagai tempat merujuk sumber ilmu, dan konsekuensi membiasakan menulis sebagai ekspres perasaan serta pernyataan kecendiakiaan.
Selain Taufik seminar nasional yang diikuti ratusan peserta itu juga menghadirkan dua narasumber lainnya, yakni budayawan dan penulis sastra nasional Gus Tf Sakai serta Dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang yang juga pimpinan Komunitas Seni Kuflet Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn.(006/Sumber: Singgalang, 27 April 2009).
BACA KARYA SASTRA DAPAT HALUSKAN BUDI BAHASA
Padangpanjang, Haluan
Ketua DPRD kota padangpanjang H. Hamidi mengatakan membaca karya sastra merupakan salah satu sarana yang mendapat menghaluskan budi dan bahasa. Orang yang hobi membaca karya sastra jiwanya akan halus dan peka terhadap berbagai keadaan sosial masyarakatnya.
”Sepantasnya buku sastra menjadi bacaan yang harus dibaca kalangan generasi muda guna memekakan perasaan mereka,” ujar Hamidi ketika membuka seminar sastra sekaligus Launching Buku Antologi Puisi Lautan Sajadah karya 46 penyair muda kota Padangpanjang, Sabtu (25/4), di FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah kota Padangpanjang.
Menurut Hamidi, banyak generasi sekarang yang di dalam pergaulannya keluar dari norma-norma, baik norma dari masyarakat maupun agama. Perilaku muda-mudi yang semakin menghawatirakan itu, melukiskan keadaan mereka dimasa depan.” Jika moral generasi muda telah rusak alamat negeri ini bisa binasa,” katanya.
Karena itu jelas Hamidi, buku sastra memuat banyak memuat pesan-pesan moral yang disampaikan. Pesan itu, jika dimaknai secara mendalam akan dapat membentuk karakater generasi muda di dalam pergaulannya sehari-hari.
Hamidi yang juga alumni UMSB Muhammadiyah Padangpanjang ini mengatakan, dirinya merasa bangga atas lahirnya buku antologi puisi ”Lautan sajadah” karya 46 penyair muda kota Padangpanjang. Sepentasnya dikota Serambi Mekah Padangapanjang ini terus lahir sastrawan-sastrawan muda yang akan mengangkat nama baik Padangpanjang di tingkat nasional.
”Saya sangat mendukung penerbitan buku-buku sastra seperti ini, dan semoga akan lahir buku-buku lainnya,” harap Hamidi.
Seminar sastra dan Launching Antologi Puisi itu mulanya akan dibuka Walikota padangpanjang, namun Walikota tidak berkesempatan hadir pada saat itu.
Namun demikian seminar yang dihadiri 200 an peserta itu, berjalan sukses dan meriah. Tampil sebagai pembicara sastrawan nasional asal kota Payakumbuh Gus Tf Sakai dan penyair Sulaiman Juned.(aan/Sumber: Haluan, 27 April 2009).
PARADIGMA PEMBELAJARAN BAHASA HARUS DIUBAH
Padang, Haluan
Paradigma pengajaran bahasa disekolah, mulai dari sekolah dasar hingga lanjutin, harus diubah dengan guru memberikan porsi perhatian terhadap pembelajaran sastra, bukan hanya bahasa, karena sastra merupakan satu bidang pelajaran yang mampu menciptakan pembentukan moral yang akan mempengaruhi kepribadian putra putri bangsa.
Hal ini dikemukakan oleh sastrawan nasional yang memimpin Komunitas seni Kuflet dan juga merupakan salah seorang tenaga pengajar sekolah tinggi seni Indonesia (STSI) Padangpanjang Sumbar, Sulaiman Juned ketika dijumpai Haluan kemaren di Padang.
Menurut sastrawan lulusan Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta ini pengajaran sastra di sekolah sudah saatnya betul-betul mendapat porsi tersendiri dari guru bahasa.
”Dalam dunia pengajaran, keduanya harus berjalan seiring. Otomatis, porsinya keduanya harus diberikan seimbang, tidak hanya fokus pada bahasa dengan tata bahasanya saja. Ketika kita sudah memilih bahasa dan sastra menjadi mata pelajaran yang kita bina sebagai guru, maka keduanya harus diberi. Selama ini banyak guru yang mengabaikan hal tersebut. Pelajaran diberi semata-mata bahasa saja,” ungkap dia.
Padahal, menurut Sulaiman pengajaran sastra secara benar dan sesuai porsi akan mampu memberi nilai afektif yang luar biasa bagi anak didik. Cinta, budi luhur, dan karsa-karsa kemanusian yang penting akan bisa dipicu tumbuh dalam diri anak melalui sastra yang diajarkan dan dipelajari dengan baik dan benar. Sehingga nantinya diharapkan anak-anak didik akan mampu membentuk kebangsaan yang berbudi luhur.
Ketika harus menyampaikan muatan sastra, kebanyakan guru melewatkan saja bagian itu atau masih terika dengan buku teks, takut bereksperimen. Padahal, belajar sastra tidak bisa terpaku pada buku teks yang sesunggunhya hanya digunakan untuk pegangan. Guru harus kreatif dan inovatif, misalnya dengan membawa anak didik keluar kelas dan meminta mereka untuk bereksperimen, berapresiasi, atau berdiskusi, baik paradigma sastra lokal maupun dunia.
Sulaiman menegaskan perlunya diubah cara pengajaran bahasa dana sastra di sekolah.
”Beberapa sastrawan sudah ada yang menyampaikan saran kepada pemerintah. Pak Taufik Ismail, misalnya, sudah menyampaikan hal tersebut lewat Horizon. Kepada Diknas sudah pernah pula dismpaikan. Namun mereka masih sebatas mengiyakan. Belum ada tindak lanjut sampai sekarang,” kata dia.
Semestinya, pemerintah, dalam hal ini Diknas, mengundang para sastrawan untuk unjuk sumbang saran tentang bagaimana seharusnya kegiatan belajar mengajar Bahasa dan Sastra di sekolah, karena tidak sedikit guru bahasa dan sastra yang tidak mau mengajarkan sastra karena mereka sendiri tidak paham sehingga bagian pengajaran dilewatkan, padahal seharusnya ia disamapaikan.
”Mereka pikir bahasa saja, padahal sastra juga harus, karena bahasa tidak sama dengan sastra. Sedangkan muatan pelajaran bahasa di sekolah seharusnya adalah bahasa juga sastra. Tidak boleh dilupakan, karena sastra juga memiliki urgensi yang tinggi untuk diajarkan kepada anak didik demi menciptakan kepribadian anak bangsa yang seutuhnya.” tandas Sulaiman. (yyn/Sumber: Haluan, 28 April 2009).
DARI SEMINAR HIMA BASINDO UMSB PADANGPANJANG:
MEMBANGUN BANGSA DARI TULISAN
PADANGPANJANG, HALUAN.
Sebuah Seminar Sastra Nasional di gelar oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa dan sastra Indonesia (HIMA BASINDO) Universitas Muhamadiyah Sumatera Barat (UMSB) Padangpanjang, Sabtu (25/04). Seminar Sastra Nasional ini menyertakan beberapa pakar bertaraf nasional untuk memberikan materi dan pelatihan. Seminar ini mengangkat tema “Paradigma Kesusasteraan Indonesia” dengan pemateri antaranya Gus tf Sakai dan Sulaiman Juned yang merupakan penulis yang berkiprah di tingkat nasional asal Aceh yang kini tinggal di Sumatera Barat.
Latar belakang diadakannya seminar ini adalah kondisi dimana kurang berkembangnya penulis-penulis daerah Sumbar, padahal potensi yang ada cukup besar. Mengingat banyaknya tokoh pejuang ataupun sastrawan yang berasal dari Sumbar, tidak berlebihan kiranya dilakukan upayauntuk membangkitkan kembali kejayaan kepenulisan penulis Sumbar.
Ketua DPRD Padangpanjang, Hamidi menegaskan ketika membuka acara, upaya membangun bangsa juga bisa dilakukan dengan menulis, baik itu menulis prosa ataupun puisi. “Bahkan melalui dunia kepenulisan, kita bisa menghasilkan orang-orang yang bisa di contoh. Sementara salah satu penyakit bangsa yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya orang-orang yang bisa dicontoh, demi kebaikan serta kemajuan bangsa dan negara ini” Kata Hamidi menjelaskan.
Dalam seminar itu pembicaraan difokuskan pada maslah menulis, misalnya tentang bagaimana tentang membangkitkan kemauan dan kreativitas untuk menulis.
Sastrawan Gus tf Sakai, menjelaskan beberapa hambatan yang dialami seseorang dalam menulis, padahal sebenarnya menulis itu bisa saja dilakukan oleh siapapun. Gus menekankan bahwa untuk menulis yang perli dimiliki pertama-tama adalah kemauan. Itu pula yang ditekankan oleh Sulaiman Juned, menulis itu mudah asal segera dilakukan.
Kepada penulis pemula, kedua sastrawan nasional ini menyarankan agar segera mengirimkan karya apa saja ke media massa, dan jangan berhenti dan berputus asa walau belum dimuat (dipublikasikan). Tidak menjadi pencontek, rajin membaca, dan menambah wawasan juga merupakan kunci untuk bisa menulis. Dengan menulis, bukan saja bakat dan ekspresi tersalurkan, bahkan bisa melakukan perubahan, terutama bagi bangsa.
Seminar nasional kali itu, dibarengi dengan peluncuran antologi puisi yang bertajuk “Lautan Sajadah”, yang merupakan karya gebrakan Mahasiswa Hima Basindo UMSB Padangpanjang, meski didalamnya juga memuat puisi penulis lain diluar Mahasiswa Hima Basindo yang sudah senior seperti, Sulaiman Juned dan Muhammad Subhan.
Dengan diterbitkannya antologi puisi “Lautan Sajadah” Hima Basindo UMSB Padangpanjang berhasil mengukir sejarah, ini mengingat ini merupakan gebrakan dalam menciptakan sebuah karya tulis yang kemudian akan dipasrkan secara nasional. Puisi-puisi yang dipublikasikan dalam buku “Lautan Sajadah” ada yang sudah diterbitkan oleh media lokal dan nasional, ada juga yang awalnya hanya merupakan tugas dalam mata kuliah Sanggar Bahasa dan Sastra Indonesia serta Menulis Kreatif.
Immatul Jannah, Ketua Hima Basindo FKIP-UMSB Padangpanjang mengatakan, bahwa dengan diterbitkannya buku yang berisi puisi buah karya mahasiswa Hima Basindo UMSB Padangpanjang ini diharapkan dapat menjadi titik tolak lahirnya karya-karya berikutnya yang berkualitas serta menunjang perkembangan kesusasteraan Indonesia modern di Minang dalam rangka membangkitkan kembali kejayaan penulis dari ranah Minang.
Dalam buku antologi yang memuat karya Empat Puluh Enam orang penyair ini, pembaca akan menemukan puisi-puisi yang beragam. Ada yang pendek namun padat makna, dan ada yang panjang dengan gaya bahasa yang puitik, menarik dan pilihan diksi yang unik. Buku yang patut mendapat apresiasi publik dicetak perdana sebanyak 1000 buku untuk dipasarkan secara nasional.
Acara seminar sekaligus Lounching Antologi Puisi Lautan Sajadah ini berakhir sekitar pukul lima sore. Peserta yang hadir sekitar 200 orang. Peserta tidak hanya dari Padangpanjang, namun juga dari Dharmasraya, Medan dan Aceh. Mereka sengaja menghadiri seminar sekaligus ivent peluncuran antologi puisi ini karena ingin menambah wawasan dan ilmu di bidang kepenulisan dan kesusasteraan. (yeyen/ Sumber: Harian Haluan, 3 Mei 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar