PADANGPANJANG-SUMATERA BARAT
Sekretariat: Jln. Bundo kanduang No.35 Padangpanjang HP.081393286671 Email:sjdoesy@gmail.com

Jumat, 25 Juli 2008

KONTAK ‘SENJATA’ DI RUANG KONSEPSI...C. REVOLUSI KREATIVITAS SULAIMAN JUNED

KONTAK ‘SENJATA’ DI RUANG KONSEPSI

C. REVOLUSI KREATIVITAS SULAIMAN JUNED

By: Wiko Antoni, S.Sn

Pertarungan semangat estetika dalam diri Sulaiman Juned tak terlepas dari perkembangan “Kuflet” yang bergerak secara dinamis. Iklim kesenimanan diimbangi dengan perjalanan intelektual. Kecenderungan kreativitas Sulaiman Juned “memperbaharui” konsep lokal menjadi sebuah pola dekonstruktif, akhirnya hadir ideologi teater yang berangkat dari rekonstruksi teks lokal menuju performa kekinian. Lakon “Hikayat Cantoi” jelas sekali Sulaiman Juned melakukan penghancuran teks PMTOH, Sulaiman hanya mengambil esensi PMTOH untuk dijadikan sebuah teks parodi Post Modern yang demikian unik, menggelitik dan menarik serta kaya muatan edukatif dalam menerawang kemunafikan. Penggarapan “Hikayat Cantoi” melibatkan kedewasaan berpikir, Sulaiman Juned yang cenderung menggarap karya dengan style “keras” terlihat lebih bijaksana dalam penggarapan “Hikayat Cantoi”. Ini dimungkinkan kematangan berpikir semakin ‘membaik’ setelah menyelesaikan studi S-2 di ISI Surakarta.

Perkembangan itu juga diikuti rekonstruksi dalam diri “Kuflet”, sepulang dari S-2 “Kuflet” yang nyaris vakum ditata kembali. Wacana keilmuan semakin diarahkan kepada pembentukan pribadi yang memiliki moralitas dan kesadaran berteater sebagai media pembentukan kepribadian anggota yang matang dalam menghadapi hidup.

Bersama teman-teman yang masih tersisa (setelah sebagian besar meningalkan “Kuflet” karena berbagai alasan) Sulaiman kembali melakukan pengkaderan anggota baru dengan paradigma yang berbeda dengan sebelumnya. Apabila dulu pengkaderan anggota lebih menekankan kepada pelatihan tekhnis, maka kini pelatihan psikologis lebih banyak dilakukan, ini bertujuan untuk mengkaderkan anggota-anggota yang kuat secara kejiwaaan agar “Kuflet” memiliki kader-kader bermoralitas perlawanan dan keagamaan sekaligus. Artinya orang kritis yang memiliki Tuhan dalam dirinya sehingga tidak cenderung propokatif atau agresif. Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggelar pelatihan-pelatihan kontinyu dengan metode ceramah, praktek dan simulasi serta permainan. Kebetulan di “kuflet” terdapat orang-orang yang kompeten dalam bidang tersebut, beberapa anggota “Kuflet” memiliki wawasan ilmu psikologi teater sehingga mampu merumuskan metode-metode simulasi psikologis yang berguna terhadap pembinaan kejiwaan dalam koridor pemeranan.

Perubahan besar-besaran di “Kuflet” selain meningkatkan kualitas manusia-manusia “kuflet” juga mempersiapkan orang-orang pelanjut tongkat estafet kepemimpinan sehingga “kuflet” dapat hidup dan berjaya pada masa-masa mendatang. Bagaimanapun dalam sebuah komunitas seni, regenerasi sangat penting agar komunitas tersebut dapat terus berlanjut dari generasi satu ke generasi lainnya.

Sulaiman Juned memang sudah sejak lama mempersiapkan “kuflet” sebagai salah satu kekuatan ekplorasi kesenian di Pulau Sumatera, basis yang dipilihnya adalah Padangpanjang. Pergulatan “Kuflet” membina semangat kesenian adalah pertarungan menggapai keridlaan Allah dan menjadikan teater sebagai wadah merefleksikan jiwa sekaligus sebagai ibadah. “Kuflet” tempat berkumpulnya orang-orang yang punya kemauan mengembangkan diri di bidang kesenian sekaligus mengenal Tuhan dalam dirinya. Sulaiman Juned juga mengalami berbagai perbenturan psikologis dalam dirinya ketika berusaha menggapai kematangan jiwa sebagai seorang seniman. Ia pernah berkata bahwa dalam hidup ini yang paling sulit adalah “memaklumi orang lain” maksudnya adalah berlaku dewasa, dan berusaha menjadi baik tetapi ternyata orang lain tidak dapat membalas kebaikan kita dengan kebaikan. Seperti Muzdar yang meninggalkan pertunjukan “Jambo” Luka Tak Teraba, seminggu sebelum pementasan atau teman-teman lain yang berseberangan visi dengan frame komunitas yang diinginkan pendiri “Kuflet”. Sulaiman Juned menyatakan “walaupun mereka tak bisa memahami arti persahabatan, mereka tetaplah sahabat kita, walau mereka telah menyakiti kita dengan menyanyat sembilu di dada berkali-kali, setidaknya banyak hal yang telah kita lalui bersama mereka.”

Teman-teman “Kuflet” yang setia sependapat dengan hal ini sehingga bila mereka bertandang ke “kuflet” mereka tetap dianggap keluarga yang pulang dari rantau. Tidak ada dendam di “Kuflet” yang ada saling memahami perbedaan sebagai Sunatullah bila mereka memang tidak sependapat dengan apa yang dianut “Kuflet” maka mereka boleh menentukan jalan sendiri.

Pembenahan terbesar di “kuflet” adalah pemahaman bahwasannya teater bukan sekedar rutinitas untuk menyempurnakan ego sebagai seorang seniman, melainkan wadah mendekatkan diri dengan apa yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Jadi jelas sekali “Kuflet” tempat membenturkan idealisme dengan kenyataan sosial. Selagi perbenturan itu tidak menyalahi hukum Allah, semua anggota komunitas akan mendukungnya. Kewajiban semua orang mengungkap haq dalam selubung kebatilan yang kerap berwajah kebenaran, “Kuflet” walaupun mungkin tak mampu menjadi fasilitator kebenaran tetapi akan berusaha menunaikan kewajiban komunitas teater dalam menyuarakan suara hati yang tak terkontaminasi keinginan untuk mengajak kepada keburukan.

Tidak ada komentar: