PADANGPANJANG-SUMATERA BARAT
Sekretariat: Jln. Bundo kanduang No.35 Padangpanjang HP.081393286671 Email:sjdoesy@gmail.com

Senin, 21 Juli 2008

‘Bunga Api-Bunga Hujan’ Karya: Sulaiman Juned

‘Bunga Api-Bunga Hujan’

Karya: Sulaiman Juned


Jambo ‘Bunga Api-Bunga Hujan------Sinopsis----------------------------------------------

baju perang

semestinya kita rusaki. Agar

tak memukuli dada-kening sendiri

ganti saja dengan pakaian silaturrahmi. Kembangkan

sayap-sambut salam dalam genggaman erat. Biar sirna

api yang membara di ruang kepala-hujankan jiwa.

------------------------------------------Catatan Filosofi---------------------------------------------

jiwa tenanglah jiwa-sebentar kita berjaga, jangan tidur-mari berbenah pulang. Di sana kita menemukan kilatan bunga api di negeri yang memperjuabelikan maut. Kita menemukan gerimis dan seikat kembang- diselipkan dalam terang dan gelap kehidupan. Ah!

---------------------------------------------Penokohan------------------------------------------------

Ali

Minah

Komandan Upah

Panglima Upah

Pariyem

Kaum Ateuh I

Kaum Ateuh II

Pasukan Upah I

Pasukan Upah II

_______________________________________________________________________

PANGGUNG GELAP. TERLIHAT DI SCRINT ATAU SHILUET GERAKAN-GERAKAN YANG TAK BERATURAN. DARI KIRI PANGGUNG MASUK KOMANDAN UPAH, DENGAN BERTERIAK-TERIAK MEMANGGIL ISTRINYA.

01. KOMANDAN UPAH:

Pariyem, pariyem sayang. (SAMBIL MENYERET SENJATA, DAN RANGSEL DI PUNDAK) Pariyem, abang pulang. Abang membawa seribu oleh-oleh untukmu. Di luar sana ada sepeda motor yang ketika aku masih sersan pernah kau minta aku belikan (MENYAKSIKAN KE SCREENT ATAU SHILUET) Pariyem…televisi juga aku bawakan beserta perabot rumah tangga. Semuanya kini aku dapatkan. Pariyem, Pariyem suasana konflik membuat kita jadi kaya. (MEMANDANG KEMBALI KE SCREENT ATAU SHILUET). Pariyem, dimana kau.(GERAK DI SHILUET BERHENTI DAN MUNCUL KEPALA PANGLIMA UPAH DENGAN BERSIUL LAGU MARS UPAH). Siap Dan. (MEMBERI HORMAT) kini apa lagi yang aku punya (BERBICARA DALAM HATI) istriku digarap komandanku.

02. PANGLIMA UPAH:

(MENGELUARKAN KEPALA DARI SCRINT. SAMBIL BERSIUL MARS UPAH. KOMANDAN UPAH MEMBERI HORMAT KEMBALI). Kamu kembali ke lapangan. Konflik di sana sudah semakin parah. Pasukan upah membutuhkan komandan seperti kamu, setia, berwibawa dan bijaksana. Kami di sini sedang menyiapkan lencana-lencana mahaputra buatmu. Laksanakan.

03. KOMANDAN UPAH:

Siap Dan. Laksanakan.

04. PANGLIMA UPAH:

Laksanakan. Jangan kuatirkan perihal sepeninggalmu, biar Aku yang urus.

05. KOMANDAN UPAH:

Siap Dan. Segala perintah akan dijalan kan. Siap dalam kondisi bagaimanapun (DARI SCREENT ATAU SHILUET KELUAR PARIYEM)

06. PARIYEM:

Mas. (MENGUSAP KEPALA KOMANDAN UPAH. LALU MENCIUM KENINGNYA) aku tetap setia menunggumu dengan seribu oleh-oleh berikutnya yang kau bawa pulang buatku. Jangan kuatirkan aku disini. Kulepas engkau wahai pahlawan dengan hati tulus ikhlas..

07. KOMANDAN UPAH:

Ya, apa boleh buat. Tak perlu lagi kau melepaskan aku dengan do’a. barangkali aku lebih senang, andaikan aku mati dimedan laga sehingga aku tidak menyaksikan perihal dirimu dengan Panglima. Ya, sudahlah…(HENDAK PERGI).

08. PARIYEM

(MEMEGANG TANGAN KOMANDAN) Tunggu mas, maafkan aku. Aku tak kuasa untuk menolak keinginan panglima, karena dia atasanmu. Bukankah bawahan harus patuh pada atasan.

09. KOMANDAN UPAH

(MARAH) Patuh ya patuh, tapi patuh pada tempatnya. Sudahlah (MENEROBOS PERGI. TINGGAL PARIYEM MENATAP PUNGGUNG KOMANDAN UPAH)

10. PANGLIMA UPAH

Pariyem, pariyem, mari kita lanjutkan persoalan yang tertunda tadi.

11. PARIYEM

Siap Dan. (LALU MASUK KE SCREENT/SILHUET. LAMPU MATI)

________________________________________________________________________

LAGU ATJEH TANOH LOEN SAYANG DENGAN KHIDMAD DINYANYIKAN, MENGANTAR KEPERGIAN POLEM. TERLIHAT ALI, MINAH DAN BEBERAPA KAUM ATEUH TERPEKUR DIPUSARA POLEM DENGAN JAMBO ATAU DANGAU. ADA DUA PUSARA YANG SATU PUSARA BRAHIM SEDANG YANG SATU LAGI PUSARA POLEM.

12. ALI

(MEMELUK MINAH). Sudahlah Mak, tak perlu beerduka seperti itu. Aku masih ada. Selama aku masih hidup, aku akan menjaga Emak agar tak terluka oleh apa pun.

13. MINAH

Bukan kematian yang aku tangisi Ali, bukan. Namun yang membuat aku terluka, mengapa musibah ini terulang kembali. Hal ini sama persis seperti 28 tahun yang lalu, disini. Di sawah ini, dijambo ini kami melepas kepergian Abimu. Dan hari ini, disini juga kita melepas kepergian Polem untuk selama-lamanya. Mengapa ini hanya tertimpa pada keluarga kita. (MENANGIS)

14. ALI

Tidak Mak, tidak hanya keluarga kita yang tertimpa musibah. Seluruh kaum kita mengalami hal yang sama, ada keluarga yang dijemput oleh pasukan upah lalu hilang tak tahu rimbanya. Ada rakyat yang dipaksa untuk mengaku sebagai kaum Ateuh, padahal mereka rakyat biasa tapi karena tendangan, pukulan dengan popor senjata terpaksa mereka mengakuinya. Akibatnya namanya terdaftar sebagai kaum ateuh dan nyawa nyapun dihilangkan. (SEDIH). Entahlah.

15. MINAH

Hom Hai, Entahlah, aku ingin anakku tak memakai sepatu Abi sehingga tak kebesaran.

16. ALI

Maksud Emak.

17. MINAH

Bila kamu memakai sepatu Abi, kamu membangun kepribadian seperti Abi, Kamu mungkin akan tampil kedodoran karena memakai sepatu yang kebesaran dan keberatan fasilitas. Jadi Mak harap, kamu mau memakai sepatumu sendiri, sehingga kamu jalan lurus.

18. ALI

Mak, mungkin aku tak serif dan secerdik Abi, tapi aku harus memakai sepatu abi agar dapat melanjutkan perjuangannya, meneruskan cita-cita luhur serta memerdekakan kaumnya dari keterkungkungan dan keterasingan dinegeri sendiri.

19. MINAH

Ali. Mak sudah cukup menderita, dua orang dekat yang paling aku banggakan terbunuh, Dan ini sangat mengoyak hati nuraniku. (MEMANDANG LEKAT ALI, LALU MENGUSAP TANGANNYA DIKEPALA). Aku tidak mau kehilangan kau, anakku satu-satunya, jika kaupun tewas, tak ada lagi topangan hidupku, habislah kebanggaanku, dan aku tak punya lagi saudara seorangpun didunia ini.

20. ALI

Mak, siapa bilang tak punya lagi saudara, anak dan kebanggaan. Andai aku mati dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan menurut kaum kita, bukankah kaum kita akan menjadi anak, saudara dan kebanggaan emak natinya. (MEMANDANG EMAK DENGAN HARU). Biarkanlah aku pergi, pergi untuk melanjutkan perjuangan Abi dan Abua, doakan aku.(BERGERAK HENDAK PERGI)

21. MINAH

Piyoh Dilee. Tunggu dulu (MEMEGANG TANGAN ALI) sepertinya tak ada lagi arti nasehat. Kau tetap bersikeras untuk pergi.

22. ALI

Aku tak mau jadi anak durhaka, Mak. Tak mau. Perjuanganku membutuhkan do’a-do’a darimu.

23. MINAH

Sudah habis rasanya do’a-do’a kudengungkan, kepada Abimu, Abuamu dan sekarang kepadamu. Air mata juga sepertinya tak ada lagi, semuanya sudah habis. Hanya satu pesanku padamu, milikku sekarang hanya kamu.

24. ALI

Mak, aku ingin menyelesaikna konflik ini secara ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan. Penyelesaian konflik ini harus oleh kaum kita sendiri. (MEMANDANG EMAKNYA). Aku tak ingin in kaum intelektual kita yang anti kekerasan habis satu persatu.

25. MINAH

Iya. Tapi bagaimana mungkin itu dapat kau laksanakan, kekerasan masih terjadi disana-sini. Sementara kaum Ateuh dan pasukan upah saling menyalahkan dan saling menuding, tak ada yang bertanggung jawab

26. ALI

Hal inilah yang perlu didudukkan agar kebijakan yang berbau represi untuk menegakkan stabilitas dan ketertiban, dapat berarti bagi penyelesaian kaum kita

27. MINAH

Penyelesaian. Bagaimana penyelesaian dapat dilaksanakan, bila masing-masing pihak masih berseteru dengan senjata. Ali, senjata merupakan biang keladi bagi penderitaan rakyat (BERLALU PERGI)

.

28. ALI

Mak. (TERMENUNG). Aku semakin tak mengerti.

29. KAUM ATEUH I

Tak ada yang tak dimengerti dalam hidup ini

30. KAUM ATEUH II

Sekarang yang paling penting, kaum kita kehilangan pemimpin. Dalam waktu dekat ini, kita harus memilih pemimpin baru agar kaum Ateuh dapat terorganisir

.

31. KAUM ATEUH I

Beutoi. Benar. Fungsi Pang Wali dilapangan sangat penting. Sementara sekarang ini kita kehilangan simbol itu.

32. KAUM ATEUH II

Pang Wali Polem merupakan orang yang paling disegani dan dihormati. Jadi sangat susah mencari gantinya. Dua hari yang lalu, setelah kaum kita kehilangan polem, di kampung Sabe-Sabe kami bermufakat dan dalam bermufakat itu diambilah kesepakatan untuk mengangkat Ali sebagai Pang Wali.

33. ALI

(TERKEJUT) Alah. Mengapa mesti aku. Apakah itu bukan pilihan yang salah

34. KAUM ATEUH I

Tak ada yang salah. Tiga puluh ribu anggota Majelis telah sepakat untuk memilih kamu sebagai pimpinan kami. Ini pilihan yang benar, tak salah lagi.

35. ALI

Saudaraku. Aku masih sangat muda, emosiku masih labil ditambah lagi aku belum mengausai persisi lapangan. Aku tidak mau saudara-saudara menjadi orang yang sia-sia dalam menjalani hidup.

.

36. KAUM ATEUH II

Kaum kita sudah sepakat memilih Ali, itu artinya siap menerima resiko apapun. Masalah masih muda, kaum kita memiliki penasehat ahli. Sementara pilihan jatuh kepadamu karena kamu orang yang berpendidikan, disamping itu juga sebagai anak tunggalnya Brahim yang bagi kami beliau adalah pahlawan. Ditambah lagi engkau adalah keponakannya Polem, orang yang paling disegani oleh kaum kita. Apa lagi, rasanya tidak salah majelis memutuskan engkau sebagai pemimpin kami.

37. ALI

Ya, (MENARIK NAFAS PANJANG). Aku masih ragu terhadap kemampuanku untuk menjadi tampuk pimpinan. Apalagi memimpin pergerakan sebagai Pang Wali.

38. KAUM ATEUH I

Kaum kita telah berrsepakat, percaya dan setia terhadap kepemimpinan Ali. Tapi apakah engkau akan menyia-nyiakan kepercayaan kami. Mari kita bergerak membela harga diri kaum kita.

39. ALI

(BERPIKIR. JALAN MONDAR MANDIR, GELISAH. KEDUA KAUM ATEUH IKUT GELISAH). Ya, aku terima. Aku terima kehormatan ini, aku pilih hidup begini sebagai kesatria di mata Tuhan.

40. KAUM ATEUH II

(KEDUANYA TERSENYUM BAHAGIA MENYALAMI ALI). Alhamdulillah, aku juga senang. Aku mendengar ucapan itu dari Abimu, dan dari Abuamu ketika pertama dilantik menjadi Pang Wali. Semoga kedua pahlawan yang telah mendahului kita dapat diterima disisi Tuhan karena menggerakkan perang suci ini.

41. KAUM ATEUH I

Arwah Abi dan Abuamu akan bangga padamu.

42. ALI

Amin. Semoga aku mampu menjalankan kepercayaan ini. Mulai hari ini mari kita mengatur siasat dan strategi baru untuk menghadapi musuh bebuyutan kita. (TERDENGAR LAGU ATJEH TANOH LOEN SAYANG DI SCREENT/SILHUET ALI DAN KAUM ATEUH BERLALU PERGI).




TERDENGAR SIULAN MARS PASUKAN UPAH. SCREENT ATAU SHILUET HIDUP. TERLIHAT PASUKAN UPAH DAN KOMADAN UPAH BERGERAK SERENTAK SAMBIL BERSIUL LAGU MARS PASUKAN UPAH. LALU PASUKAN UPAH MENUJU PERSAWAHAN MELINGKAR SECARA BERSAMAAN. LALU BERPEGANGAN, MENYELIDIKI TEMPAT ITU.




43. KOMANDAN UPAH

Aku sudah 35 tahun bertugas disini. Aku sudah sangat bosan terus-terusan menyisir tempat ini.

44. KOMANDAN UPAH I

Komandan, sepertinya tempat ini baru saja ditinggalkan kaum Ateuh. (MENGAMBIL LAMBANG BINTANG LIMA YANG MERUPAKAN LAMBANG DARI KAUM ATEUH). Ini buktinya Dan (MENYERAHKAN BINTANG LIMA TERSEBUT KEPADA KOMANDAN).

45. KOMANDAN UPAH

(MENGAMBIL. MENELITI). Benar, ini adalah logo mereka. (MATANYA SANGAT LIAR MEMERIKSA SEKELILING). Tapi kemana raibnya mereka, seperti ditelan bumi saja.

46. PASUKAN UPAH II

Sepertinya kita harus menyisir kampung ini agar dapat menggerebek markas mereka.

47. KOMANDAN UPAH

Ah, permainan lama. Tak perlu kita lakukan penyisiran sebab setelah penyisiran yang menjadi korban pasti rakyat jelata. Aku tak sanggup lagi menyaksikan penderitaan rakyat yang juga adalah saudara kita.

48. PASUKAN UPAH I

Dan, maaf. Jangan terlalu percaya sama rakyat jelata, nanti kita akan repot dibuatnya.

49. KOMANDAN UPAH

Jangan kau gurui aku (MARAH). Sudah cukup lama aku bertugas disini. Jadi jangan kau ajari aku tentang alibi seorang militer.

50. PASUKAN UPAH I

Siap Dan (MEMBERI HORMAT), kami menunggu instruksi lanjutan.

55. KOMANDAN UPAH

Kita kembali ke markas. Laksanakan. (TERDENGAR LAGU ATJEH TANOH LOEN SAYANG, DAN BERSAMAAN MASUK ALI DAN KAUM ATEUH, TERJADI KONTAK SENJATA. MEREKA SALING MENEMBAK DAN SEORANG PASUKAN UPAH TERKENA PELURU. PASUKAN UPAH MUNDUR ATAS PERINTAH KOMANDANNYA SAMBIL MENYERET PASUKAN UPAH I YANG TERKENA PELURU).

56. KAUM ATEUH I

Pang Ali, seharusnya mereka tidak kita beri ampun. Padahal tadi bisa saja kita menghabisi mereka.

57. Kaum Ateuh II

Andaikan kita serang terus, mereka semua dapat kita tawan dan senjata mereka menjadi milik kaum Ateuh.

58. Ali

Bah Meunan. Biarkan begitu. Itu pelajaran pertama buat pasukan upah yang berani melawan atau menumpas pergerakan kaum Ateuh. Biar Panglima upah mengetahui bahwasannya keberadaan kaum Ateuh masih tetap utuh. Tidak perlu kita membasmi mereka.

59. KAUM ATEUH II

Aku takut Pang, akan ada serangan gelombang kedua dan mereka akan memperkuat serta menambah personel untuk menyergap kita.

60. ALI

Pakoen. Kenapa mesti takut, Kita hadapi saja secara terbuka, bukankah setiap yang hidup akan merasakan mati. Besok kabinet gotongroyong akan bergotong royong untuk merayu kaum kita dengan air mata keprihatinan. Apakah mereka dapat menghentikan darah yang mengalir dari kaum tak berdosa. Mereka hanya menciptakan janji-janji palsu dengan slogan anti kekerasan padahal mereka terus bermain dalam kekerasan itu sendiri. Aku ingin mereka dapat melihat dan menyelidiki siapa sebenarnya opurtunistik dari konflik yang sedang berlangsung. Apa perlu kita duduk semeja dengan mereka.

61. KAUM ATEUH I

Pang Ali, tak perlu kita duduk semeja. Kita dininabobokkan oleh janji-janji semu. Sementara kaum kita dihabisi (TERDENGAR SIULAN MARS PASUKAN UPAH)

62. KOMANDAN UPAH

(MASUK. MENYERGAP SECARA SERENTAK). Angkat tangan. Kami berharap semua untuk menyerahkan diri.

63. ALI

(TERTAWA, PASUKANNYA SALING BERHADAPAN). Menyerah, terlalu pagi untuk menyerah. Hidup bagiku sangatlah pendek bahkan terlalu pendek sedangkan kematian sangatlah panjang, daripada menyerah lebih baik mati secara terhormat dimata Tuhan.

64. KOMANDAN UPAH

(TERTAWA). Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Mari kita berhadapan secara jantan. (BERGERAK KAUM ATEUH DENGAN TARI SEUDATI. PASUKAN UPAH DENGAN GERAK SILAT JAWA. KETIKA GERAKAN SEMAKIN CEPAT TIBA-TIBA ADA SUARA)

65. MINAH

Hentikan, (MASUK KETENGAH SAWAH). Hentikan (ALI DAN KOMANDAN UPAH TERPAKU MELIHAT MINAH)

66. ALI

Mak, dialah pembunuh Abi dan Abua. Aku ingin menuntut balas atas kematian orang-orang yang paling aku sayangi. Aku ingin bertanding secara kesatria denganya, biarkan aku percikkan api serta menuai bunga hujan bagi keluarga besar kita.

67. MINAH

Bek. Jangan, aku tak ijinkan hal ini kau lakukan. Bunga api seharusnya kalian padamkan dengan bunga hujan agar segalanya dapat terselesaikan.

68. KOMANDAN UPAH

(BERSIMPUH DIKAKI MINAH). Biar Pang Ali menunaikan tugasnya. Menumpahkan perasaan tidak diorangkan kaumnya padaku, aku memang bersalah Ibu.

69. ALI

Apa. Ibu, atas dasar apa kau memanggil ibu kepada makku.

70. KOMANDAN UPAH

Ya. Aku adalah anak yang hilang itu, anakmu yang hilang empat puluh tahun yang lalu. Sekarang aku baru sadar, bahwasanya aku dibesarkan oleh komandan pasukan upah sebagai bapak angkatku. Tetapi orangtuaku yang sebenarnya adalah Brahim dan Ibu. Ini kuketahui setelah aku kembali ke pulau seberang dan orang tua angkatku meninggal, ia berpesan keluargaku sebenarnya adalah Brahim dan Ibu Minah serta pang Ali adalah adik kandungku. (TERMENUNG) Aku merasa bersalah dan sedih sekaligus merasa berdosa telah membunuh Abuaku sendiri. (MENANGIS TERSEDU DIKAKI MINAH)

71. ALI

Pih. Jak peutak kah, pergi kau. Setelah kau bunuh semua keluargaku. Masih tetap berdalih dengan segala tipu muslihatmu. Aku tak pernah percaya kepada penjahat sepertimu.

72. KOMANDAN UPAH

(SEDIH). Kakeuh. Terserah. Percaya atau tidak bagiku tak jadi soal. Ini buktinya, parut dikening ketika aku kecil dibawa Abi kesawah dan jatuh diseruduk oleh kerbau (MENUNJUKKAN PARUT DIKENING KEPADA MINAH) sekarang terserah kepada kalian semua, hidupku kini tak berarti lagi. Istriku telah bermain serong dengan panglima upah, dan itu aku dapatkan setelah aku pulang dari tugas operasi ini. (BERGERAK KEARAH ALI). Sekarang bunuh saja aku, aku rela dan sangat bahagia bila kematian berada ditangan adikku sendiri. Itu artinya aku telah menebus segala kesalahan dan kekhilafanku.

73. ALI

(BINGUNG, HARU, SEDIH). Kenapa jadi begini, mengapa persoalan pelik seperti ini terjadi terhadap keluargaku.

74. KOMANDAN UPAH

Aku tak mau meyakinkan dirimu. Tapi inilah kenyataan yang harus kau, aku dan Ibu untuk sama-sama menghadapinya. Terasa pahit memang, karena aku pernah dengan tangan ini menekan pelatuk untuk merenggut nyawa Abi dan Abua. (BERLARI, MEMUKUL TANGANYA KE JAMBO ATAU DANGAU SAMPAI MENGELUARKAN DARAH)

75. MINAH

(BERLARI MENGEJAR KOMANDAN UPAH. MEMELUKNYA, LALU TERDENGAR LETUSAN SENJAT, KOMANDAN UPAH RUBUH DIDEKAPAN MINAH. ALI JUGA TEWAS TERGELETAK. KAUM ATEUH JUGA TEWAS), Ali apa yang terjadi. (BERLARI-LARI KESANA-KEMARI TAK TENTU ARAH)

76. PANGLIMA UPAH

(MASUK BERSAMA ANAK BUAHNYA). Angkat tangan. Geledah tempat ini, jangan biarkan seorangpun lolos. (TERTAWA) aku sudah duga sebelumnya hal ini akan terjadi.

77. MINAH

(MENGANGKAT TANGAN. MENATAP RISAU. SEDIH-SAKIT-PILU MEMBEKAM DALAM HATI). Bagaimana memadamkan asap di hati agar tak jadi api (LAMPU PADAM. TERDENGAR LETUSAN SENJATA. LAGU JAMBO DI NYANYIKAN.)

TAMAT

Padangpanjang 10 september 2004

Salam bagi negeri yang tak pernah kering dari darah

Sulaiman Juned

Ed. by: NaZent

1 komentar:

Anonim mengatakan...

The King Casino - Herzaman in the Aztec City
The herzamanindir.com/ King kadangpintar Casino in Aztec City https://jancasino.com/review/merit-casino/ is the place where you 메이피로출장마사지 can find and play for real, real money. Enjoy a memorable stay at this one-of-a-kind casino ventureberg.com/