PADANGPANJANG-SUMATERA BARAT
Sekretariat: Jln. Bundo kanduang No.35 Padangpanjang HP.081393286671 Email:sjdoesy@gmail.com

Senin, 21 Juli 2008

CATATAN “PERANG” SEORANG SENIMAN ACEH

CATATAN “PERANG” SEORANG SENIMAN ACEH

(PERBENTURAN KONSEP DAN IDEOLOGI

SENIMAN ACEH DI PADANGPANJANG)

Oleh:

WIKO ANTONI, S.Sn

(Pengamat teater, kritikus teater, aktor, sutradara dan dramawan dari Kabupaten Merangin. Jambi).

ANTARA ACEH DAN PADANGPANJANG

A. Panglima ‘Perang’ Mursal Esten dari Aceh




Pertarungan konsep dan ideologi seakan tak pernah habis. Bahkan dalam dunia kesenian dapat menjadi pemicu kreativitas yang ‘dahsyat’, membangkitkan andrenalin para seniman mengemukakan ideologi keseniman yang dianut bahkan sampai pada taraf mempersiapkan ‘penerus’ faham tersebut. Mursal Esten yang memiliki konsep pluralisme kesenian dan pemantapan ideologi kesenian eksotik, terpanggil untuk terus berjuang memantapkan pilar-pilar kesenian dengan caranya sendiri. Sampai akhir hayatnya ia berjuang mempertahankan dan memberi ‘ruh’ terhadap perkembangan dunia kesenian. Warisan yang paling penting darinya adalah konsep “Melayu sebagai landasan kependidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) padangpanjang” yang kini diteruskan perjuangan tersebut oleh Mahdi Bahar. Usaha itu kemudian dilakukan dengan berbagai cara termasuk merekrut seniman muda potensial sebagai penerus ide-idenya. Saat berada di Aceh atau dalam event pertemuan teater Indonesia di berbagai daerah, tanpaklah olehnya seniman muda Sulaiman Juned. Saat itulah Sulaiman Juned seolah mulai ‘dikader’ sebagai ‘panglima’ penerus tongkat estafet untuk mengemukakan ketinggian nilai-nilai warisan seni budaya Melayu. Bukan hanya itu, Sulaiman ‘diboyong” ke Padangpanjang awalnya dimintakan untuk menjadi tenaga pengajar di jurusan teater, tetapi Sulaiman Juned malah memilih jadi mahasiswa untuk mempertajam pisau kesenimanannya di STSI Padangpanjang. Selanjutnya barulah Soel (begitu nama kecil Sulaiman Juned) menjadi tenaga pengajar di jurusan termuda, yaitu jurusan teater.

Sulaiman Juned, dilahirkan di gampong (desa) kecil Usi Dayah, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie-Aceh, 12 Mei 1965. Pernah terkenal dengan nama pena; Soel’s J. Said Oesy. Mulai menulis sejak tahun 80-an, ketika masih duduk di bangku SLTP, Soel kecil berkenalan dengan guru bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 3 Takengon. Ibu guru tersebut bernama Siti Aisyah, Soel kecil di dalam buku catatan Bahasa dan Sastra Indonesianya hanya berisi puisi karyanya. Suatu ketika, sang guru meminta seluruh siswa mengumpulkan catatan Bahasa dan Sastra Indonesia, Soel mulai berkeringat dingin sebab buku catatannya hanya berisi puisi. Minggu depan, Siti Aisyah masuk dengan memanggil Soel ke kantor, lalu menyerahkan buku catatan tersebut, ‘puisi-puisimu sudah ibu koreksi, silakan diketik dan kirim ke koran-koran. Alamat koran sudah ibu tuliskan dibukumu’ tutur bu Guru, lalu puisi-puisi mulai dikirim berkat alamat yang telah diberikan guru Siti Aisyah, setahun menunggu, puisi-puisi mulai dimuat dan honor pertama sebesar RP. 1500,- wah luar biasa bahagianya. Ketika saya mulai berkenalan dengan penyair-penyair besar Aceh dan nasional, seperti; Maskirbi, Hasyim KS, Hasbi Burman, Nurgani Asyik, LK. Ara, Taufik Ismail, W.S. Rendra, Sapardi Joko Damono, Abdul Hadi WM, Ahmadun Yosi Herfanda dll. Barulah tahu ternyata guru saya Siti Aisyah adalah seorang penyair wanita Aceh. Inilah cerita awal mulai menulis.

Selanjutnya mungkin darah seni mengalir dari abua (abang dari ibu) bernama Abdullah yang lebih dikenal dengan panggilan Syeh Lah Jarum Meueh seorang pimpinan seudati yang paling terkenal di Aceh. Lalu ketika diboyong oleh orangtua merantau ke Takengon-Aceh Tengah, mulai suka menonton Didong (teater tutur dari Aceh Tengah), dan Sandiwara Keliling Gelanggang Labu. Soel bahkan pernah terlibat berlatih didong dengan seniman besar didong dari tanah Gayo To’et. Juga pernah bermain Sandiwara Keliling gelanggang labu dengan Cut Maruhoi, Idawati. Pengalaman empirik ini menumbuhkan jiwa seni di jiwanya. Di Sanggar Cempala Karya Banda Aceh yang didirikannya pada tahun 1989, seluruh adik-adiknya (anggota) Sanggar memanggilnya dengan sebutan ‘Pawang’.

Ia menyelesaikan pendidikan formal; SD Negeri Biespenantanan Takengon-Aceh Tengah (1979), SMP Negeri 3 Takengon-Aceh Tengah (1982), SMA Negeri Beureunuen-Pide Aceh (1985), FKIP/Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh (1990), Jurusan Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang (2002) diselesaikannya dengan prediket Cumlaude, lalu Program Magister Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta-Jawa Tengah (2007) juga lulus dengan prediket Cumlaude. Ketika masih berada di Aceh ia mengajar teater di SMA Adi Darma Banda Aceh, SMA YPTP Banda Aceh, SMA Negeri 5 Banda Aceh. Kini ia menjadi dosen tetap di Jurusan Teater STSI Padangpanjang-Sumatera Barat. Dosen Ahli di FKIP/Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (1999-Sekarang), Guru teater di SMA Negeri 1 Sawahlunto Sumatera Barat (2000-Sekarang), Guru teater di SMA Negeri 1 Padangpanjang (20007-Sekarang), Guru bidang studi Pendidikan Kesenian serta Bahasa dan Sastra Indonesia (1998-2005).

Memperistri Iswanti Soepardi yang dinikahinya pada tanggal 7 Agustus 1995, di Keutapang Dua-Banda Aceh, menimang seorang anak laki-laki yang lahir di Beureunuen Pidie-NAD pada tanggal 17 Maret 2002. Kini menetap bersama di RT.XI Kelurahan Guguk Malintang, Kecamatan Padangpanjang Timur, Padangpanjang, Sumatera Barat. Rumahnya sekaligus tempat “anak-anak Kuflet” berkumpul, berproses kreatif-berpikir-diskusi dan membaca serta ‘berkelahi’ pikiran.

Pengalaman berorganisasinya; Ketua OSIS SMP Negeri 3 Takengon (1980-1981), Ketua OSIS SMA Negeri Beureunuen Pidie-Aceh (1983-1984), Ketua UKM-Kesenian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh (1987-1988), Pendiri/Ketua UKM. Teater Nol UNSYIAH (1989-1992), Ketua Senat Mahasiswa UNSYIAH (1991-1993), Pendiri/Pimpinan Sanggar Seni Cempala Karya Banda Aceh (1989), Bersama T. Yanuarsyah, Nurmaida Atmadja dan Din Saja mendirikan Teater Kosong Banda Aceh (1993), bersama Din Saja mendirikan Teater Alam Banda Aceh (1995), bersama M. Nurgani Asyik mendirikan Teater Peduli Banda Aceh (1995), Ketua I IKASMA (Ikatan Alumni SMA Negeri Beureunuen), Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Aceh (1998-2000), Ketua Bidang Humas Lembaga Seni Aceh (1995-2000), Sekretaris Umum Lembaga Seni Aceh (1990-1997), Ketua I Himpunan Filateli Aceh (1990-1993), Ketua Bidang Pengkaderan Federasi Teater Aceh (1991-1995), Ketua UKM-Pers STSI Padangpanjang (1997-1999), Pemimpin Redaksi Buletin Curana FKIP/Bahasa dan Sastra UNSYIAH (1986-1989), Redbud/Sekretaris Redaksi Warta Unsyiah (1987-1995), Redbud SKM. Peristiwa (1989-1995), Redbud Majalah Kiprah (1990-1997), Pemred Majalah Laga-Laga STSI Padangpanjang (1997-1999), Redaktur/editor jurnal Palanta STSI Padangpanjang (1999-2000), Redaktur/Editor Jurnal Ekspresi Seni STSI Padangpanjang (2000-2005). Megikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara di Langsa-Aceh (1995), Pertemuan Sastrawan Nasional dan Nusantara IX di Kayutanam-Sumatera Barat (1997), Temu Teater Indonesia di Pekan Baru (1997), Temu Jurnalistik Nasional di Universitas Indonesia (1992), Temu Sastrawan Kampus se-Indonenesia di Univ. Diponegoro (1989), Temu sastrawan Kampus di Universitas Cendrawasih Irian Jaya (1990), Temu Sastrawan Kampus di Universitas Indonesia Jakarta (1991). Temu Sastawan Sumatera di Bengkulu (1992), Temu Sastrawan Sumatera di Jambi (1993) Temu Sastrawan Sumatera di Lampung (1994), Temu Sastrawan Sumatera di Aceh (2004).

Menulis puisi, cerpen, esai, artikel budaya, reportase budaya, kolom dimuat di media; Santunan, Serambi Indonesia, Atjeh Post, Peristiwa, Warta Unsyiah, Ar-Raniry Post, Kalam, Aceh Ekpres, Ceurana, Rakyat Aceh, Aceh Kita (ACEH), Waspada, Analisa, Dunia Wanita (MEDAN), Singgalang, Haluan, Mimbar Minang, Padang Ekspres, Laga-laga, Majalah Saga, Jurnal Palanta, Jurnal Ekspresi Seni (SUMATERA BARAT), Riau Post (RIAU), Indefendent (JAMBI), Lampung Post (LAMPUNG), Solo Post, dan Jawa Post, Jurnal Dewa Ruci (JAWA TENGAH), Kedaulatan Rakyat (YOGYAKARTA), Majalah Sastra Horison, Media Indonesia, Republika, Kompas, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Majalah Bahasa dan Sastra (Malaysia dan Brunei Darussalam). Karyanya juga terkumpul dalam Antologi: Podium (Aceh, 1990), Bunga Rampai Puisi Pariwisata (Pustaka Komindo, Jakarta, 1991), HU (Teater Kuala, Aceh 1994), TTBBIJ (Medan, 1995), Ole-Ole (Cempala Karya, Aceh 1995), Teriak Merdeka (Fak. Hukum, 1995), Surat (kuflet, Padangpanjang 1998), Dalam Beku Waktu (NGO-HAM Aceh, 2002), Antologi Esai ‘Takdir-Takdir Fansuri (DKB, 2002), Tiga Drama Jambo (Kuflet Padangpanjang, 2005), Mahaduka Aceh (Pusat Dok. HB. Jassin, Jakarta 2005), Syair Tsunami (Pustaka Jaya, Jakarta 2005), Ziarah Ombak (LAPENA, 2005), Remuk (ASA-Japan, 2005), Aceh 8,9 Skala Ritcher lalu Tsunami (Jakarta, 2005), Surat: Merah Putih (Kuflet, Padangpanjang 2007), Riwayat (Diknas, Jakarta, 2007) dapat Juara III Tingkat Nasional di Jakarta. 181-4 Lalu Debu (Kuflet, Padangpanjang 2008).

Pernah terlibat sebagai pemusik dalam Desain Struktur Karya/Komposer Drs. Wisnu Mintargo pentas di Gedung Teater Kecil STSI Surakarta, 1998, Signal Lima Karya/Komposer IDN.Supenida, S.Skar di Gedung Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang (2001). Sebagai Skenografi; Marsinah/Ratna Sarumpaet, disutradarai Leni Efendi (Kuflet, 1999), Machbet/William Shakeaspeare disutradarai Ika Trisnawati (Kuflet, 2001), Hamlet/William Shakeaspeare disutradarai Ika Trisnawati (Kuflet, 2002), Mesin Hamlet disutradarai Arnaldoriko (Kuflet, 2002), Orkestra Simarantang Karya/Komposer: Drs. Yoesbar Jailani (FKI III, Surabaya 2003). Ia sudah memerankan tokoh 250 karakter, berawal dari aktor tanpa dialog-aktor pembantu berdialog-aktor utama, pentas keliling Aceh, Medan, Padang, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Bengkulu, Solo, Yogyakarta, Surakarta, Bandung, Bali dan Gorontalo serta TIM (Taman Ismail Marzuki) Jakarta. 150 kali tampil dalam layar kaca/sebagai aktor dan sutradara serta penulis secenario baik di TVRI Stasiun Aceh, Padang dan Nasional.

Soel semenjak dari Aceh sanpai ke Padangpanjang mulai menyutradarai naskah lakon; Desah Nafas Mahasiswa/Sulaiman Juned (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1989), Pulang/Sulaiman Juned (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1989), Warisan/Sulaiman Juned (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1990), ABU/B.Sularto (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1990), Orang-Orang Marjinal/Sulaiman Juned (CeKa-Auditorium RRI Banda Aceh,1991), Pernikahan/Sulaiman Juned (CeKa-Auditorium MUI Aceh, 1991), Boss/YS.Rat (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1992), Eksprimentasi Belenggu/Nurgani Asyik (CeKa, Taman Budaya, 1993), Nyanyian Angsa/Anton P.Chekov (CeKa, 1994), Si Pihir dan Berudihe/NN (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1995), Hari Sudah Senja/Jarwansyah (CeKa-Taman Budaya Aceh, 1996), Kemelut/Sulaiman Juned (CeKa, Riau, 1997), Kemerdekaan/Wisran Hadi (Kuflet, Hoerijah Adam ASKI PadangPanjang, 1997/ INS Kayutanam, Pertemuan Sastrawan Nusantara, 1997) Ikrar Para Penganggur/Sulaiman Juned (Kuflet, 1998), Ambisi/Wolfman Kowict (Kuflet, Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang, 1999), Raimah/Arzul Jamaan (Kuflet, Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang, 1999), Selingkuh/Benny Yohanes (Kuflet, Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang dan Taman Budaya Sumatera Barat, 2000), Seteru/Sir Kenneth W.Goodman (Kuflet, Taman Budaya Sumatera Barat, 2000), Piramus dan Tisbi/William Shakeaspeare (Kuflet, Hoerijah Adam STSI Padangpanjang, 2001), Jambo “Luka Tak Teraba”/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung Teater Mursal Esten STSI Padangpanjang, 2001 dan Taman Budaya Sumatera Barat, 2002), Orang-Orang Rantai/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung TBO, Sawahlunto Sumatera Barat, 2002), Polan/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung TBO Sawahlunto, 2003), Jambo Ayam Jantan/Sulaiman Juned (Kuflet, Hoerijah Adam STSI Padangpanjang, 2004), Marsinah/Ratna Sarumpaet (Kuflet, Taman Budaya Sumatera Barat, 2004), Asalku Dari Hulu/Sulaiman Juned (Kuflet, Lapangan Sawahlunto, 2004), Berkabung/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung TBO Sawahlunto, 2004 dan Taman Budaya Sumatera Barat, 2005), Sebut Saja namaku Polan/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung TBO Sawahlunto, 2005), Teaterikal Puisi ‘Riwayat’/Sulaiman Juned (Kuflet, Taman Budaya Surakarta Jawa Tengah, 2006), Hikayat Pak Leman/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung TBO Sawahlunto, 2006, dan Gedung Teater Mursal Esten Padangpanjang, 2007), Hikayat Cantoi/Sulaiman Juned (Kuflet, Gedung Teater Mursal Esten STSI Padangpanjang, 2007 dan Taman Budaya Sumatera Barat, 2008).

Lelaki ini sering juga menjadi nara sumber untuk bidang sastra, teater dan jurnalistik baik di Aceh, Padang, Riau, Jambi dan Bengkulu.

2 komentar:

ADMIN mengatakan...

Tulisan itu memperlihatkan betapa aktivitas Bang Sulaiman Juned dalam kesenian begitu luar biasa. Selamat. Saleum, Mustafa Ismail [http://www.jalansetapak.com]

Unknown mengatakan...

Salam meuchen Mus.

semoga adinda. dalam hidup dan mati akan selalu berbahagia, jika dapat menyumbangkan pikiran yang bermamfaat buat kemajuan sastra dan seni. ini kerinduanku yang selalu membara. mudah2an saya terus bisa bernafas untuk menulis dan terus berkarya. Trimks adinda.
Saleum